Kehadiran Satelit Nusantara Lima menjadi tonggak penting bagi Indonesia dalam memperkuat konektivitas digital, terutama di wilayah kepulauan yang sulit dijangkau infrastruktur terestrial. Namun, manfaat satelit ini tidak hanya terbatas pada pemerataan akses internet.
Menurut Rudiantara, mantan Menteri Komunikasi dan Informatika serta Ketua Dewan Pembina Asosiasi Antariksa Indonesia (ARIKSA), Satelit Nusantara Lima juga membuka peluang besar bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk tumbuh melalui keterlibatan dalam ekosistem satelit. Bagaimana caranya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peran Satelit dalam Digitalisasi UMKM
Sebagai negara kepulauan, Indonesia membutuhkan teknologi satelit untuk menjangkau wilayah terpencil, tempat banyak UMKM beroperasi. Satelit Nusantara 5, yang menggunakan teknologi High Throughput Satellite (HTS), menawarkan kapasitas bandwidth besar yang mampu mendukung akses internet cepat dan stabil.
"Kalau banyak yang memanfaatkan, cashflow-nya PSN bagus, berarti bangun satelit lagi," ujar Rudiantara, menegaskan bahwa utilisasi satelit ini akan mendorong keberlanjutan investasi di sektor ini, yang pada akhirnya juga menguntungkan UMKM.
Akses internet yang dihadirkan satelit dapat membantu UMKM di daerah terpencil untuk mengadopsi teknologi digital, seperti platform e-commerce, pembayaran digital, hingga pemasaran online.
Misalnya, pelaku UMKM di wilayah timur Indonesia, seperti Papua atau Maluku, bisa memasarkan produk lokal mereka ke pasar nasional bahkan internasional melalui konektivitas yang andal. Digitalisasi ini tidak hanya meningkatkan daya saing, tetapi juga membuka akses ke pelatihan dan sumber daya online untuk meningkatkan kapasitas usaha.
![]() |
Keterlibatan UMKM dalam Ekosistem Satelit
Rudiantara menyoroti bahwa PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), operator di balik Satelit Nusantara 5, telah lama melibatkan pelaku lokal, termasuk UMKM, dalam ekosistem satelit. Salah satu peluang utama adalah dalam pengembangan ground segment, yaitu infrastruktur di bumi seperti antena atau stasiun bumi.
"Kalau cuma antena, teknologinya nggak canggih-canggih amat," kata Rudiantara.
Bagian fisik seperti antena parabola, yang ia sebut sebagai "wajan" dengan canda, tidak memerlukan teknologi rumit dan bisa diproduksi oleh UMKM lokal.PSN telah memulai inisiatif ini sejak sekitar satu dekade lalu, bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan kecil untuk membuat komponen sederhana stasiun bumi.
"Saya kenal Pak Adiwoso (CEO PSN) sudah 32 tahun lebih. Mereka sudah mengajak perusahaan Indonesia untuk membuat stasiun Bumi," ungkap Rudiantara.
Selain itu, operasi dan pemeliharaan stasiun bumi, seperti membersihkan antena dari debu untuk menjaga kekuatan sinyal, juga dapat dilakukan oleh tenaga kerja lokal, termasuk UMKM di bidang jasa teknis.
Selain keterlibatan langsung dalam produksi dan pemeliharaan, PSN juga berkontribusi melalui pendidikan vokasi untuk membangun ekosistem satelit di daerah. Rudiantara menyebutkan bahwa PSN bekerja sama dengan lembaga pendidikan, kemungkinan di bawah Kementerian Tenaga Kerja, untuk melatih ribuan tenaga kerja lokal.
"Mereka mendidik dengan lembaga pendidikan di daerah-daerah. Mungkin ribuan orang sudah dilatih oleh PSN," ujarnya.
Pelatihan ini mencakup keterampilan dasar untuk mengoperasikan dan memelihara infrastruktur satelit, seperti stasiun bumi. UMKM di bidang jasa teknis atau pelatihan dapat memanfaatkan program ini untuk meningkatkan kompetensi dan menawarkan layanan yang relevan dengan kebutuhan industri satelit.
Dengan demikian, UMKM tidak hanya menjadi pengguna akhir teknologi satelit, tetapi juga bagian dari rantai pasok yang mendukung operasionalnya.
Peluang Bisnis Regional
Satelit Nusantara Lima Foto: Pasifik Satelit Nusantara
|
Untuk ekspansi regional, PSN perlu bermitra dengan perusahaan lokal di negara lain, yang juga membuka peluang bagi UMKM Indonesia untuk terlibat dalam penyediaan komponen atau jasa di pasar internasional.
"Kalau operasi di negara lain, harus ada mitranya. Kalau nggak ada mitra, nggak mungkin bangun ground segment sendiri," jelas Rudiantara.
UMKM Indonesia yang mampu memproduksi komponen sederhana atau menyediakan jasa pemeliharaan dapat menjadi bagian dari kemitraan ini, sehingga ikut merasakan manfaat dari ekspansi PSN ke pasar regional.
Rudiantara berharap Satelit Nusantara Lima, yang diluncurkan pada 11 September 2025, dapat beroperasi dengan lancar dan segera dimanfaatkan secara maksimal.
"Mudah-mudahan secepatnya banyak yang memanfaatkan. Kalau banyak yang memanfaatkan, secara bisnis bagus," ujarnya.
Keberhasilan satelit ini akan mendorong PSN untuk terus berinvestasi, yang pada gilirannya membuka lebih banyak peluang bagi UMKM untuk terlibat dalam ekosistem satelit, baik sebagai penyedia jasa, produsen komponen, maupun pengguna layanan internet.
Simak Video "Video: Satelit Nusantara Lima Milik Indonesia Siap Meluncur 9 September"
[Gambas:Video 20detik]
(afr/fay)