Kerak Bumi Meleleh di Bawah Pegunungan Andes, Dampaknya Dahsyat
Hide Ads

Kerak Bumi Meleleh di Bawah Pegunungan Andes, Dampaknya Dahsyat

Rachmatunnisa - detikInet
Jumat, 22 Jul 2022 06:45 WIB
inti Bumi
Foto: Express.co.uk
Jakarta -

Di bawah Pegunungan Andes, bagian dari kerak Bumi terluar diketahui tenggelam ke dalam lapisan mantel yang mirip mainan lilin Play-Doh di bawahnya, perlahan-lahan menetes ke bagian dalam planet.

Seperti dilaporkan dalam jurnal Communications Earth & Environment, para ilmuwan di University of Toronto mempelajari fitur seperti kerutan di topografi beberapa wilayah Dataran Tinggi Puna di antara Pegunungan Andes tengah di Amerika Selatan.

Di bawah fitur-fitur aneh ini, pencitraan seismik dan catatan batuan sedimen mengungkapkan sejumlah besar litosfer (lapisan luar berbatu Bumi) telah tenggelam ke lapisan planet berikutnya, yakni mantel atas, selama rentang jutaan tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami telah mengkonfirmasi bahwa deformasi di permukaan area Pegunungan Andes memiliki sebagian besar litosfer di bawahnya yang longsor," kata Julia Andersen, penulis utama studi dan kandidat PhD di Department of Earth Sciences University of Toronto, dikutip dari IFL Science.

Kerak BumiFoto: Julia Andersen/Tectonophysics Lab, University of Toronto

"Karena kepadatannya yang tinggi, lapisan itu menetes seperti madu, lebih dalam ke interior planet dan kemungkinan bertanggung jawab atas dua peristiwa tektonik dahsyat di Andes Tengah. Dampak dari tetesan ini menggeser topografi permukaan wilayah tersebut hingga ratusan kilometer dan keduanya berderak dan meregangkan kerak permukaan itu sendiri," jelas Andersen.

ADVERTISEMENT

Ini adalah proses yang dikenal sebagai tetesan litosfer. Pada 2009, ilmuwan menemukan contoh serupa dari tetesan litosfer di bawah Great Basin di AS bagian barat. Itu terjadi ketika lapisan terendah kulit terluar Bumi menebal setelah dihangatkan, akhirnya menyebabkannya perlahan-lahan "menetes" ke dalam mantel semi-kental di bawahnya.

"Penemuan menunjukkan bahwa litosfer bisa lebih mudah menguap atau seperti cairan daripada yang kita yakini," tambah Profesor Russell Pysklywec, rekan penulis studi dan supervisor PhD Andersen.

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang fenomena ini, para ilmuwan membuat percobaan kecil. Mereka menggunakan tangki yang diisi polydimethylsiloxane (PDMS) sebagai mantel Bumi yang lebih rendah.

Untuk bagian mantel paling padat, mereka menambahkan lapisan PDMS dan tanah liat pemodelan. Lalu, lapisan pasir digunakan untuk melapisi dan menciptakan kembali kerak Bumi.

Kerak BumiFoto: Julia Andersen/Tectonophysics Lab, University of Toronto

Seperti yang mereka perkirakan, tangki yang menunjukkan bahan luar yang lebih keras perlahan menetes ke tingkat bawah yang lebih kental, seperti bagaimana litosfer tenggelam ke dalam mantel. Yang terpenting, hal itu juga menunjukkan bahwa proses ini menciptakan pola di permukaan yang sangat mirip dengan fitur topografi Andes.

"Kami membandingkan hasil model kami dengan studi geofisika dan geologi yang dilakukan di Andes Tengah, khususnya di Cekungan Arizaro, dan menemukan bahwa perubahan elevasi kerak yang disebabkan oleh tetesan dalam model kami melacak dengan sangat baik perubahan elevasi Arizaro dan cekungan," kata Anderson.

"Kami juga mengamati pemendekan kerak dengan lipatan dalam model serta depresi seperti cekungan di permukaan sehingga kami yakin bahwa tetesan sangat mungkin menjadi penyebab deformasi yang diamati di Andes," tutupnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Rotasi Bumi Sudah Bergeser Hingga 45 cm, Kok Bisa?"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/afr)