Fenomena Langit September: Hari Tanpa Bayangan dan Hujan Meteor
Hide Ads

Fenomena Langit September: Hari Tanpa Bayangan dan Hujan Meteor

Rachmatunnisa - detikInet
Kamis, 02 Sep 2021 14:03 WIB
Sepuluh peristiwa astronomi paling ditunggu di tahun 2021, dari hujan meteor hingga fenomena dua planet berhadapan
Fenomena Langit September: Hari Tanpa Bayangan hingga Hujan Meteor. Foto: BBC Magazine
Jakarta -

Para pencinta astronomi tentunya tidak akan melewatkan fenomena langit. Sejumlah fenomena langit di bulan September pun telah menanti. Jangan sampai kelewatan.

Dihimpun detikINET, Kamis (2/9/2021) berdasarkan kalender astronomi bulan September yang dirilis Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), berikut ini beberapa fenomena astronomi menarik yang layak ditunggu.

1. Puncak Hujan Meteor Aurigid

Di awal bulan, pada 1 September 2021, ada puncak hujan meteor Aurigid. Aurigid adalah hujan meteor yang titik radiannya ada di arah konstelasi Auriga, yang berdekatan dengan konstelasi Taurus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebenarnya hujan meteor itu sudah aktif sejak 28 Agustus, dan akan berakhir pada 5 September mendatang. Intensitas meteor maksimum terjadi pada 1 September 2021 pukul 10.00 WIB/11. WITA/12.00 WIT. Sehingga dapat disaksikan sejak pukul 01.30 hingga 05.30 waktu setempat, dari arah Timur Laut hingga Utara-Timur Laut.

2. Konjungsi Bulan Pollux

Pollux adalah bintang utama di konstelasi Gemini. Bintang ini berkonjungsi dengan Bulan, puncaknya terjadi pada 3 September 2021 pukul 11.04 WIB/12.04 WITA/13.04 WIT, dan dapat disaksikan dengan mata telanjang.

ADVERTISEMENT

Namun demikian, fenomena langit ini sudah bisa disaksikan sejak pukul 03.00 hingga 05.30 waktu setempat dari arah timur laut dengan sudut 4,3 sampai 3,7 derajat. Bulan berfase sabit akhir dengan iluminasi 18,1 hingga 17,5 persen, sedangkan Pollux bermagnitudo +1,15.

3. Konjungsi Venus-Spica

Spica merupakan bintang utama di konstelasi Virgo. Bintang ini akan berkonjungsi dengan Venus dan puncaknya terjadi pada 6 September 2021 pukul 03.53 WIB/04.53 WITA/05.53 WIT, dengan sudut pisah antara 1,6 derajat.

Fenomena ini sudah dapat disaksikan pada 5 September 2021 sejak pukul 18.30 hingga 20.30 waktu setempat, dan kita dapat menyaksikannya dari berbagai arah, tanpa alat bantu penglihatan. Kecerlangan Venus akan sebesar -4,05 sedangkan Spica bermagnitudo +0,95.

4. Hari Tanpa Bayangan

Indonesia akan mengalami peristiwa hari tanpa bayangan yang kedua kali pada tahun ini. Yang pertama sudah terjadi sejak akhir Februari hingga awal April silam, sedangkan yang kedua akan terjadi tanggal 6 September-21 Oktober mendatang. Untuk melihat jadwal lengkap hari tanpa bayangan per wilayah, bisa lihat di tautan berikut ini.

Halaman selanjutnya: Fase Bulan Baru hingga Konjungsi Triple Bulan-Mars-Merkurius

5. Fase Bulan Baru

Fenomena langit fase Bulan baru atau konjungsi solar Bulan merupakan konfigurasi ketika Bulan terletak di antara Matahari dan Bumi yang segaris dengan Matahari dan Bumi.

Mengingat orbit Bulan yang membentuk sudut 5,1 derajat terhadap ekliptika, bayangan Bulan tidak selalu jatuh di permukaan Bumi ketika fase Bulan baru, sehingga setiap fase Bulan baru tidak selalu beriringan dengan gerhana Matahari.

Fase Bulan Baru kali ini terjadi pada 7 September pukul 07.51 WIB/08.51 WITA/09.51 WIT, dengan jarak 377.022 kilometer dari Bumi, dan terletak di konstelasi Leo. Sayangnya, fenomena ini hanya dapat disaksikan menggunakan alat bantu penglihatan.

6. Aphelion Merkurius

Aphelion secara umum merupakan konfigurasi ketika planet berada di titik terjauh dari Matahari. Hal itu disebabkan oleh orbit planet yang berbentuk elips dengan Matahari dan terletak di salah satu dari dua titik fokus orbit tersebut.

Aphelion Merkurius terjadi setiap rata-rata 88 hari sekali atau dalam setahun setidaknya terjadi empat kali. Fenomena ini terjadi pada 6 September 2021, pukul 07.28 WIB/ 08.28 WITA/09.28 WIT dengan jarak 69.817.000 kilometer dari Matahari.

7. Konjungsi Bulan-Mars

Puncak konjungsi Bulan-Mars terjadi pada 8 September pukul 02.36 WIB/03.36 WITA/04.36 WIT dengan sudut pisah 3,8 derajat. Fenomena ini sudah dapat disaksikan sejak malam sebelumnya, dari arah Barat sekitar 15 menit setelah Matahari terbenam selama 5 menit, dan hanya dapat disaksikan dengan menggunakan alat bantu.

Fenomena itu terjadi ketika konjungsi Bulan berfase sabit awal dengan iluminasi 0,3%. Sedangkan Mars bermagnitudo 1,68. Sudut pisah Bulan-Mars sebesar 6,66 derajat hingga 6,61 derajat.

8. Konjungsi Triple Bulan-Mars-Merkurius

Fenomena langit konjungsi triple Bulan-Mars-Merkurius dapat disaksikan dengan mata telanjang, sekitar 20 menit setelah Matahari terbenam pada 8 September.

Saat konjungsi tripel, Bulan berfase sabit awal dengan iluminasi 2,5 hingga 2,6%. Magnitudo Mars bervariasi antara 1,69 hingga 1,68. Sedangkan magnitudo Merkurius terbilang konstan sebesar 0,18.

Sudut pisah Merkurius-Bulan sebesar 10,3 derajat, sedangkan sudut pisah Bulan-Mars sebesar 8,5 derajat. Mars terbenam lebih dahulu pada pukul 18.30 waktu setempat, disusul Bulan yang terbenam 30 menit kemudian. Merkurius terbenam paling akhir, sekitar pukul 19.30 waktu setempat