Indonesia akan mengalami hari tanpa bayangan mulai 6 September - 21 Oktober. Lalu, apakah benar telur bisa berdiri ketika hari tanpa bayangan terjadi?
Jadi, tradisi menegakkan telur untuk merayakan posisi Matahari yang berada tepat di atas ekuator (fenomena ekuinoks) adalah hal yang lumrah. Di Indonesia, orang-orang Pontianak khususnya sering melakukan kebiasaan ini. Bukan cuma di Indonesia, di China tepatnya di Chungking juga menyambut musim semi dengan tradisi mendirikan telur.
Tapi orang yang bergelut dalam dunia sains nampaknya cenderung skeptis soal hal ini. Mengutip CNN Indonesia, Frank D. Ghigo yang merupakan seorang astronom sempat melakukan pembuktian. Dari eksperimennya, Ghigo menyimpulkan telur bisa didirikan kapan saja, tak peduli ada ekuinoks atau tidak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hasilnya, sejauh yang saya tahu, tidak begitu banyak hubungan antara fenomena astronomi dan telur yang bisa berdiri. Ini sekadar fungsi dari bentuk telur dan permukaannya," kata Ghigo seperti yang dilaporkan oleh Associated Press pada 1987 silam.
Ghigo berpendapat bahwa keberhasilan mendirikan sebuah telur ditentukan dari usaha dan suasana hati seseorang. Semakin gugup atau tergesa seseorang, sangat sulit untuk mendirikan telur.
Rhorom Priyatikanto, peneliti dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN), juga memberikan komentar senada bahwa tak ada korelasi antara fenomena ekuinoks dengan telur yang bisa didirikan dengan mudah. Menurutnya ini hanya mitos.
"Saya tadi bisa dirikan telur di khatulistiwa saat puncak/kulminasi. Saya belum coba di tempat lain...Tadi ada juga yang gagal mendirikan telur meski sudah di khatulistiwa dan saat kulminasi matahari," ujarnya pada Rabu, 21 Maret 2018.
Baca juga: Cara Sederhana Buktikan Hari Tanpa Bayangan |
(ask/afr)