Jakarta -
Remdesivir berfungsi menghambat kemampuan virus untuk menggandakan diri dan menyebar. Sekarang, obat antivirus ini digunakan untuk mengobati herpes, hepatitis, HIV, Ebola, dan terbukti bisa mempercepat pemulihan pasien COVID-19.
Namun tahukah kalian, beberapa dekade lalu, sebagian besar ilmuwan meragukan cara kerja obat seperti Remdesivir, bahkan mengatakan tidak mungkin. Menurut mereka, mustahil partikel parasit kecil yang sepenuhnya bergantung pada sel inang untuk bereproduksi dapat dihambat tanpa membahayakan sel itu sendiri. Berkat jasa seorang wanita bernama Gertrude 'Trudy' Elion, dunia memiliki obat antivirus yang kini digunakan untuk menangani banyak penyakit.
Lahir pada tahun 1918 di Manhattan, New York, Amerika Serikat, Elion menjawab bias gender di dunia kedokteran dengan memenangkan Nobel di bidang Fisiologi dan Kedokteran pada 1988. Dia adalah wanita kelima yang mendapatkan kehormatan ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itu dia berbagi penghargaan dengan rekan lamanya George Hitchings, yang mempekerjakannya pada tahun 1944 untuk bergabung dengan lab biokimia di perusahaan farmasi Burroughs Wellcome. Setelah Hitchings pensiun dari penelitian aktif pada tahun 1967, Elion memulai sesuatu yang dia gambarkan sebagai 'pengembaraan antivirus'.
Seperti dikutip dari National Geographic, saat itu, Elion sudah bosan menjadi junior dan dipandang sebelah mata. Dia akhirnya memanfaatkan kesempatan itu untuk mengasah dan mengembangkan pengetahuannya.
Elion baru berusia 19 tahun ketika dia lulus dengan summa cum laude dari Hunter College pada tahun 1937, dengan gelar sarjana kimia. Orangtuanya, imigran dari Eropa Timur, bangkrut akibat krisis ekonomi berkepanjangan di tahun tersebut sehingga tidak dapat membiayai pendidikan pascasarjana putri mereka. Lebih buruk lagi, sepintar apapun Elion, laboratorium penelitian tidak akan mempekerjakan wanita pada masa itu. Padahal, dia memenuhi syarat untuk posisi yang dilamar.
Meski demikian, Elion tetap bersikeras. Dia mengambil beberapa pekerjaan paruh waktu dan menabung. Dia bekerja sebagai analis makanan untuk toko bahan makanan, menjawab telepon di kantor dokter, dan mengajar kimia di sekolah menengah kota New York sambil mengejar gelar masternya di New York University setiap malam dan akhir pekan.
Hingga tahun 1970-an, sebagian besar obat baru ditemukan dengan cara coba-coba atau secara kebetulan. Sebut saja penemuan penisilin yang tak disengaja oleh Alexander Fleming. Obat ini kemudian merevolusi pengobatan infeksi bakteri.
Contoh lainnya adalah percobaan yang dilakukan ahli bedah tentara Prancis, Henri Laborit. Dia menemukan obat bius yang disebut klorpromazin memiliki efek menenangkan pada pasien skizofrenia. Cara ini kemudian menjadi yang pertama dari serangkaian terobosan dalam pengobatan psikiatri.
Hitchings mengusulkan cara lain melalui pendekatan ilmiah yang rasional untuk penemuan obat berdasarkan pengetahuan tentang target biologis. Dia berhipotesis bahwa para ilmuwan dapat menghambat sel patogen untuk mereplikasi dengan membuat salinan yang rusak dari blok bangunan genetik mereka. Setelah salinan ini diintegrasikan ke dalam jalur metabolisme kuman, mereka akan mengganggu mesin seluler, mengganggu reaksi yang diperlukan untuk sintesis DNA.
Tak lama setelah mempekerjakan Elion, Hitchings menugaskannya untuk mengerjakan purin. Molekul nitrogen mirip cincin ini dikenal sebagai jenis nukleosida, istilah luas untuk basis struktural DNA. Elion awalnya tidak tahu apa itu purin. Tetapi setelah berbulan-bulan meneliti berbagai literatur, dia mulai membuat senyawa baru dan merasakan kegembiraan sebagai penemu yang menciptakan komposisi materi baru.
"Elion membuat nukleosida bahkan sebelum kita mengetahui struktur DNA itu. Begitulah cara dia memahami kimia dengan baik," kata Marty St. Clair, seorang ahli virus yang bekerja untuk Elion pada 1976.
Bersama-sama, Elion dan Hitchings memelopori penggunaan rancangan obat dengan pendekatan rasional. Keduanya sukses dan menjadi fenomenal di dunia medis. Selama periode 20 tahun, keduanya menemukan sederet obat baru untuk kondisi serius mulai dari leukemia, malaria, asam urat, rheumatoid arthritis, penolakan organ, infeksi bakteri, dan banyak lagi. Sebaliknya, penemuan obat untuk mengobati penyakit yang disebabkan virus tertinggal jauh.
Antivirus pertama yang disetujui baru dipasarkan awal 1960-an, itu pun hasilnya jauh dari harapan. Versi awal obat ini adalah di antara prinsip kemoterapi kanker dan pengobatan tradisional, sangat efektif tapi sekaligus sangat beracun. Obat ini menegaskan apa yang telah lama diasumsikan oleh sebagian besar ilmuwan: karena virus dan sel saling terkait erat, penyakit virus tidak dapat diobati.
Pada tahun 1968, tak lama setelah Hitchings meninggalkan lab untuk menjadi wakil presiden penelitian, Elion menemukan laporan bahwa sesuatu yang mirip dengan 2,6-diaminopurine baru-baru ini menunjukkan aktivitas antivirus. Berita itu mendorong dia dan timnya melanjutkan apa yang dia tinggalkan dua dekade sebelumnya. Selama empat tahun berikutnya, mereka secara diam-diam mempelajari senyawa baru yang luar biasa yang mereka sebut acyclovir.
"Acyclovir adalah obat yang mengubah segalanya dalam upaya mengembangkan antivirus yang efektif. Obat ini membuktikan bahwa sangat mungkin untuk mengembangkan obat yang sangat spesifik yang menargetkan virus tanpa menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan," kata Keith Jerome, direktur laboratorium virologi molekuler di sekolah kedokteran di Washington University.
Elion menyebut acyclovir sebagai permata terakhirnya. Dan memang, itu adalah obat terakhir yang dia kembangkan selama masa jabatan resminya di Burroughs Wellcome dan pensiun pada tahun 1983. Acyclovir ini digunakan di dunia salah satunya sebagai obat untuk sakit cacar.
Pada tahun 1991, Elion dianugerahi penghargaan bergengsi di bidang sains yakni National Medal of Science oleh Presiden AS saat itu George Bush. Saat menyematkan penghargaan, Bush memuji Elion sebagai contoh bagaimana pekerjaan seseorang dapat membantu mengusir penderitaan dan memperpanjang hidup jutaan orang. Delapan tahun kemudian, Elion wafat yakni di tahun 1999 pada usia 81 tahun.