Bill Gates berharap pada musim panas untuk mengendalikan pandemi Corona di Amerika Serikat yang sejauh ini masih parah keadaannya. Beberapa penelitian memang menyebutkan jika virus Corona akan lumpuh saat terkena sinar Matahari langsung.
Sang pendiri Microsoft menyebut jika datangnya musim panas secara alami akan menurunkan penyebaran virus Corona. Akan tetapi walau begitu, jika warga tetap bertindak seenaknya, pandemi Corona bisa tetap berakibat buruk setelahnya.
"Musim panas akan membantu. Temperatur tinggi menurunkan kekuatan infeksi, orang-orang juga menghabiskan lebih banyak waktu di luar ruangan," cetus Bill Gates, seperti dikutip detikINET dari Yahoo Finance.
Beberapa waktu silam, William Bryan selaku direktur divisi sains dan teknologi di Department of Homeland Security, salah satu lembaga pemerintah AS, menyebut bahwa kombinasi sinar ultraviolet (UV) serta temperatur lebih hangat membuat COVID-19 tidak berdaya.
Namun demikian, musim gugur yang akan berlangsung selanjutnya mungkin akan menjadi tantangan besar, kecuali sudah tersedia perawatan jitu untuk penderita Corona dan adopsi massal protokol kesehatan.
"Andai kita tidak punya inovasi baru yang datang atau lebih banyak orang mematuhi regulasi memakai masker, musim gugur bisa saja sangat berat," imbuh Bill Gates.
Ia menyesalkan kenapa warga dan pemerintah AS tidak menangani pandemi Corona dengan serius. "Sedihnya, AS tidak menganggap hal ini secara serius. AS membuka diri walau angka infeksi masih meningkat," kata Bill Gates lagi.
Perubahan Iklim Bisa Lebih Parah dari COVID-19
Bill Gates memang sedang fokus membantu mencari vaksin Corona. Tapi ia mengatakan ada sesuatu yang bisa lebih parah dari COVID-19 yaitu perubahan iklim. Dalam blog, Gates menulis saat ini mungkin sulit fokus kepada hal lain selain Corona. Tapi jika upaya menangani perubahan iklim tak dipercepat, sulit bagi manusia menghindari bencana iklim.
Pendiri Microsoft ini mengatakan menemukan inovasi tentang bagaimana menghasilkan listrik, manufaktur produk, dan mengirimkan barang secara global dengan cara nol-karbon sama pentingnya dengan melakukan tes dan menemukan vaksin COVID-19.
"Jika kalian ingin memahami jenis kerusakan yang akan ditimbulkan oleh perubahan iklim, lihat COVID-19 dan sebarkan rasa sakitnya dalam jangka waktu yang lebih panjang," tulis Gates.
"Hilangnya nyawa dan kesengsaraan ekonomi yang disebabkan pandemi ini setara dengan apa yang akan terjadi secara reguler jika kita tidak menghilangkan emisi karbon dunia," sambungnya.
Berdasarkan data angka kematian akibat COVID-19 saat ini, Gates mengatakan 14 dari 100.000 orang telah meninggal dunia akibat virus Corona. Pada tahun 2100, kenaikan temperatur akan membunuh 73 dari 100.000 orang.
"Pada 2060, perubahan iklim bisa sama mematikannya dengan COVID-19, dan pada 2100 bisa lima kali lebih mematikan," jelas Gates.
Selain itu, kehancuran ekonomi yang disebabkan oleh perubahan iklim akan setara dengan kehancuran ekonomi yang dialami jika pandemi seperti COVID-19 terjadi tiap dekade.
Walau pandemi virus Corona berhasil menurunkan gas rumah kaca di tahun 2020 karena berkurangnya penggunaan mobil dan pesawat terbang, Gates mengatakan kontribusi ini masih sangat kecil yaitu hanya 8% atau 47 miliar ton karbon.
Bahkan penurunan kecil seperti ini juga takkan bertahan lama karena bergantung pada kebijakan lockdown akibat virus Corona dan bukan karena solusi sebenarnya untuk mengatasi perubahan iklim. "Ini bukan situasi yang siapa pun ingin lanjutkan. Selain itu, pengurangan ini bisa dicapai dengan, secara harfiah, biaya yang sangat besar," ujar pria berusia 64 tahun ini.
Usahakan Harga Vaksin Corona Murah Meriah
Harga vaksin Corona mulai dibocorkan beberapa pihak. Yayasan Bill & Melinda Gates Foundation menyatakan dukungan pada produsen vaksin terbesar di dunia, Serum Institute of India, untuk memberikan 100 juta dosis vaksin Corona pada negara-negara miskin dan berkembang.
Kabar baiknya, sesuai peruntukannya, vaksin Corona itu diusahakan murah harganya, kurang dari USD 3 atau Rp 44,2 ribu. Yayasan Bill Gates akan menggelontorkan dana USD 150 juta untuk membantu pembuatan dan distribusi, saat vaksin Corona yang manjur sudah didapatkan.
Dalam dua dekade terakhir, yayasan Bill Gates memang aktif mendukung pengembangan beberapa vaksin, dengan anggaran yang sudah dihabiskan sekitar USD 4 miliar.
Serum Institute sendiri saat ini sudah diminta AstraZeneca, perusahaan farmasi Inggris, untuk memproduksi vaksin Corona buatan Oxford Unversity, seandainya telah terbukti efektif. Jadi kemungkinan, vaksin untuk negara miskin adalah buatan Oxford ini.
"Kami mencoba untuk memastikan (vaksin Corona) bisa diberikan tidak hanya untuk negara-negara kaya," kata Gates, dikutip detikINET dari Vox. Maka ia mendukung vaksin Corona yang kemungkinan harganya tidak mahal, termasuk dari AstraZeneca dan Novavax.
Sebagian kandidat vaksin Corona harganya lebih mahal, misalnya dari Moderna dan Pfzer, lantaran lebih tinggi biaya produksinya karena menggunakan metode baru bernama RNA. Vaksin itu kemungkinan ditujukan untuk negara kaya. Moderna menyatakan satu dosis vaksin Corona dijual USD 32 sampai USD 37 bagi sebagian konsumen.
"Karena bagaimana memproduksinya dan kesulitan dalam meningkatkan skalanya, vaksin tersebut cenderung akan lebih membantu di negara kaya. Mereka tidak akan murah harganya," cetus Gates dalam wawancara dengan Wired.
Gates juga sudah bekerja sama dengan produsen vaksin Corona lain seperti Johnson&Johnson, yang mengejar harga murah, dan mengamankannya untuk diberikan pada negara-negara berkembang atau miskin.
Ramal Akhir Pandemi Corona
Bill Gates meyakini jika pandemi Corona sudah dapat dikendalikan pada akhir tahun 2021. Akan tetapi tetap ada kemungkinan terburuk, yaitu jutaan orang lagi akan meninggal dunia sebelum tamatnya pandemi Corona di waktu tersebut.
Dalam wawancara terbaru dengan The Economist, sang pendiri Microsoft mengatakan kebanyakan dari kematian itu barangkali bukan semata karena virus Corona, namun terkait sistem kesehatan dan ekonomi yang kewalahan menghadapi pandemi Corona.
Adapun alasan keyakinannya pandemi Corona selesai di akhir 2021 adalah lantaran vaksin yang sudah cukup efektif telah dapat diproduksi dalam skala besar. Kemudian cukup banyak populasi dunia yang telah mendapatkan imunisasi.
Dari kandidat vaksin yang saat ini dikembangkan, Gates meyakini vaksin Corona buatan Universitas Oxford bersama perusahaan farmasi AstraZeneca adalah yang paling maju. Vaksin Corona mereka mungkin akan efektif, tidak mahal dan mudah disebarluaskan.
Ia meyakini pasti akan ada vaksin Corona yang mujarab ditemukan. "Saya sungguh berpikir beberapa dari vaksin Corona itu akan sukses tidak hanya pada level (kemanjuran) 50% tapi sampai 80 atau 90% dalam hal mencegah penularan," tutur Gates.
Untuk memperlambat pandemi Corona dan akhirnya menghentikannya, Gates menyebut tidak perlu melakukan imunisasi pada semua orang. Di Amerika Serikat ia mencontohkan, seandainya 30 sampai 60% populasi diberi vaksin Corona, persentase itu sudah cukup.
Gates memperkirakan bahwa lembaga US Food and Drug Administration (FDA) akan menyetujui sebuah vaksin diberikan pada masyarakat umum tahun depan. "Itu akan membuat pandemi Corona ini berakhir," ujar Gates.
Pria yang mendukung pengembangan vaksin Corona melalui yayasannya itu kembali menegaskan bahwa vaksin adalah satu-satunya cara untuk mengalahkan pandemi Corona. Meskipun menghabiskan biaya sampai miliaran dolar, hal itu pantas dilakukan untuk menghindari penurunan ekonomi lebih parah.