Ketika membahas esports, masyarakat kerap kali langsung membayangkan remaja asal kota besar yang memainkan game mobile dari rumah. Lalu kemudian ikut klub esports papan atas.
Akan tetapi, hal berbeda terlihat dari turnamen esports besutan liga olahraga para mahasiswa Indonesia, yaitu Liga Mahasiswa. Ini merupakan organisasi privat, yang memiliki maksud dan tujuan, menciptakan wadah yang mampu menjadi tempat berkarya, bagi para mahasiswa maupun mahasiswi di Indonesia di bidang olahraga.
Termasuk menggelar kompetisi esports untuk mahasiswa perguruan tinggi se-Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada awal September 2021, Universitas Hasyim Asy'ari (Unhasy) Jombang, Jawa Timur, berhasil memenangkan turnamen Liga Mahasiswa (LIMA) Esports 2021 Free Fire Nationals. Tim UNHASY 1, sebagai perwakilan kampus keluar sebagai tim terbaik dalam cabang esports Free Fire, salah satu mobile game terpopuler di dunia.
Namun dibalik kesuksesan para atlet, selalu ada pahlawan-pahlawan yang tak terlihat. Kata inilah yang menggambarkan Zainal Abidin, mahasiswa semester 7 jurusan Teknik Mesin, Universitas Hasyim Asy'ari.
Zainal, sejak tingkat 1 sudah mendirikan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Esports. Kini telah menjadikan UKM Esports tersebut, sebagai salah satu squad yang diperhitungkan, untuk kompetisi esports tingkat perguruan tinggi.
Dalam sebuah wawancara eksklusif, ia sekarang menjabat menjadi Manager UKM Esports di Unhasy. Zainal mengungkapkan impiannya, untuk mengubah stigma masyarakat mengenai game dan memberikan bukti nyata, bahwa melalui hal tersebut juga dapat sukses.
"Saya memang menyukai bermain game, tetapi saya lebih banyak menyenangi aspek organisasi. Inilah yang berujung saya menjadi manager tim UKM Esport Unhasy, mendukung teman-teman dan tim yang sangat jago-jago," ujar Zainal.
Ia terus mendampingi, mendukung, dan memberi motivasi seluruh tim untuk belajar bersama-sama. Mereka tentunya sangat terbuka, dengan mahasiswa yang ingin belajar mengenai esports.
"Tim kami bahkan rata-rata banyak yang sebelumnya, belum pernah bermain atau mengikuti klub, tapi semangatnya dapat dipuji. Ketika terjadi pandemi dan pembelajaran jarak jauh, UKM Esports merupakan salah satu unit kegiatan mahasiswa yang masih aktif berjalan," tambahnya.
Mereka bisa meningkatkan jumlah anggota, hingga ratusan dan bahkan memenangi salah satu pertandingan esports bergengsi, yaitu LIMA Esports 2021 Free Fire Nationals. Zainal pun merasa bangga dengan jabatan yang didapatkan saat ini.
Ia mengakui, bahwa dirinya memiliki beragam strategi untuk mendorong tumbuhnya UKM Esports tersebut. Salah satunya lewat komunitas.
"Namanya unit kegiatan mahasiswa, pasti ada momen naik dan turunnya. Tetapi saya bersyukur bisa membangun komitmen teman-teman, terutama yang ingin menjadi Pro-Player. Karena diperlukan pelatihan yang berbeda," kata Zainal.
Selain pernah mengundang salah satu Pro-Player untuk sharing session di internal unit mereka. Zainal juga mendorong anggota, untuk dapat minimal bergabung dengan komunitas Free Fire disekitar mereka.
"Karena menjadi Pro-Player harus mempunyai sikap dan etos yang baik. Salah satunya bisa berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, yang pada akhirnya hal tersebut dilakukan dengan tim masing-masing. Apalagi, Pro-Player harus bisa menjadi contoh atau role model bagi atlet dan pemain Free Fire lainnya," tutur Zainal.
Meski diawal belum begitu banyak yang mengenal sistem turnamen dalam sebuah game, terlebih game mobile, Zainal menjelaskan bahwa perlahan-lahan masyarakat semakin mengenal esports. Terutama dari pihak kampus, serta orangtua mahasiswa sangat mendukung kegiatan yang kami lakukan.
"Pihak kampus tentu mendukung kegiatan yang dilakukan UKM kami, bahkan menyediakan ruangan sekretariat kegiatan dan keikutsertaan kami dalam turnamen-turnamen seperti LIMA. Orangtua para mahasiswa, terutama atlet esports juga sangat mendukung, mengingat untuk mengikuti kegiatan UKM ini diperlukan surat persetujuan orangtua," jelas Zainal.
Tak lupa ia dan teman-teman, dengan konsisten mengenalkan cabang olahraga yang kompetitif ini. Mengingat banyak nilai positif didalamnya yang dapat dipelajari.
"Masyarakat juga perlu tahu bahwa jago bermain game bukan berarti akademik tertinggal. Tetapi dapat berjalan dengan seimbang, bahkan kini esports telah dapat menjadi sebuah karir," tutur Zainal.
Disela-sela kesibukannya mengerjakan tugas akhir, mempersiapkan karir pasca lulus, sembari terus melakukan pembinaan klub esports di Unhasy, Zainal juga mengejar passion-nya untuk pendidikan.
Mahasiswa semester 7 jurusan Teknik Mesin ini, juga menjadi Guru SMK Matsna Karim di Jombang, mengajar kelas Otomotif. Tak hanya untuk mengajar, Zainal juga turut sering berbagi atau sharing mengenai esport kepada anak-anak didik di SMK tersebut.
"Berbagi adalah passion saya, baik itu dalam bentuk mengajar ataupun membangun komunitas di UKM Esports saat ini. Nilai ini tentunya sejalan dengan nilai-nilai positif yang dibawa oleh Garena Free Fire, terutama dalam membangun komunitas esports. Saya berharap, setelah lulus dapat terus berbagi dan berkontribusi bagi banyak orang, terutama menekuni pekerjaan saya saat ini sebagai guru," tutupnya.
*Artikel ini adalah kerjasama detikINET dan Garena.
(hps/fay)