Potret Tengkorak 3,8 Juta Tahun, Diduga Nenek Moyang Manusia
Hide Ads

FotoINET

Potret Tengkorak 3,8 Juta Tahun, Diduga Nenek Moyang Manusia

Reuters - detikInet
Jumat, 30 Agu 2019 19:03 WIB

Jakarta - Sebuah fosil tengkorak cukup utuh berusia 3,8 juta tahun ini disebut sebagai nenek moyang manusia tertua.

Fosil itu adalah yang paling tua sejauh ini dari australopithecus, grup penting nenek moyang manusia yang hidup antara 1,5 sampai 4 juta tahun silam. Juga merupakan tekngkorak pertama yang ditemukan dari Australopithecus anamensis, genus terawal dari kelompok itu. Foto: Reuters

Tengkorak ini ditemukan Prof. Yohannes Haile-Selassie di Miro Dora, yang berada di Distrik Mille di Afar, Ethiopia. Ilmuwan yang berafiliasi ke Cleveland Museum of Natural History di Ohio, Amerika Serikat, ini menyatakan ia segera bisa mengenali nilai penting fosil ini. Foto: Reuters

Temuan ini bisa menjawab beberapa celah penting dalam studi evolusi manusia. Fosil nenek moyang manusia yang sangat tua biasanya langka dan hanya terdiri dari tulang belulang. Sedangkan temuan ini adalah tengkorak hampir utuh dan detailnya bisa dipelajari. Foto: Reuters

Diperkirakan A. anamensis adalah nenek moyang langsung dari spesies bernama Australopithecus afarensis. Sedangkan A. afarensis disebut nenek moyang langsung kelompok (genus) manusia, yang dikenal dengan sebutan Homo, termasuk di dalamnya manusia yang hidup saat ini. Foto: Reuters

Penemuan ini juga mungkin membuka teori baru. Sebelumnya, ilmuwan yakin bahwa anamensis, yang sebelumnya diketahui hanya dari fragmen tulang, punah dan bangkitlah afarensis. Namun temuan ini mengungkap dua spesies itu sepertinya hidup berdampingan setidaknya 100 ribu tahun. Foto: Reuters

Ini melawan ide bahwa nenek moyang manusia berkembang secara linear dan menunjukkan tumpang tindih spesies mirip kera bisa terjadi, membuka kemungkinan berbagai rute evolusi menuju spesies manusia pertama. Foto: Reuters

Secara singkat, temuan tersebut tidak membantah bahwa Lucy memang menghasilkan genus Homo tapi disisi lain turut membuka perdebatan tentang kemungkinan spesies lain yang bisa jadi asal-usul manusia. Foto: Reuters

Ilmuwan pun akan terus melakukan penyelidikan. “Ia hidup di dekat danau besar yang dulu kering. Kami akan melakukan pekerjaan di deposit itu untuk memahami lingkungannya, hubungannya dengan perubahan iklim serta bagaimana dampaknya pada evolusi manusia,” ujar Naomi Levin, salah satu peneliti.  Foto: Reuters

(/)