Sebuah studi baru-baru ini menemukan ukuran ikan raksasa di Sungai Mekong menyusut secara mengkhawatirkan dalam beberapa tahun terakhir. Panjang tubuh raksasa air tawar terbesar dan paling terancam punah ini, beberapa di antaranya sebesar beruang grizzly, berkurang hingga 40% dalam tujuh tahun.
Beberapa ikan seperti lele raksasa Mekong, telah dipelajari dalam periode lebih lama dan menunjukkan penurunan berat 55% dalam 25 tahun terakhir. Ukurannya turun dari rata-rata 180 kg menjadi 80 kg.
Salah satu peneliti, ahli biologi Ngor Peng Bun, pernah membantu menangkap lele raksasa tahun 2000 seberat 270 kg, sebelum menandai dan melepasnya kembali. "Ukurannya sangat besar, tak terlupakan," katanya dan ikan itu bahkan hampir membalikkan perahunya. Spesies ini, di bahasa Khmer dikenal sebagai trey reach atau ikan kerajaan, kini hanya bayang-bayang dari masa jayanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Giant barb, ikan mas terbesar di dunia yang juga ikan nasional Kamboja, menunjukkan nasib serupa. Dikutip detikINET dari Guardian, kedua spesies ini berstatus sangat terancam punah.
Ukuran adalah masalah kelangsungan hidup karena ikan besar menghasilkan telur jauh lebih banyak. Lele seberat 300 kg dapat menghasilkan 10 hingga 20 kali lebih banyak keturunan dibandingkan ikan seberat 50 kg. Banyak spesies terbesar juga berumur panjang dan lambat mencapai kematangan, yang berarti peningkatan angka kematian dapat memicu keruntuhan populasi.
Raksasa Mekong sangat penting bagi ekosistem sungai, tapi juga sentral bagi mata pencaharian jutaan orang yang bergantung pada perikanan. Ilmuwan menemukan secercah harapan ketika tahun 2022 seorang nelayan menangkap dan melepas ikan pari seberat 300 kg yang memecahkan rekor. Itu adalah ikan air tawar terbesar yang pernah ditemukan dan menunjukkan beberapa raksasa masih tersisa.
Penangkapan dan perburuan sering kali mengincar hewan terbesar dan menyebabkan penyusutan banyak spesies, termasuk ikan kod di Laut Baltik, salmon di Alaska, serta menyebabkan gading lebih kecil pada gajah Afrika. Dr. Zeb Hogan, profesor di University of Nevada, mengatakan penyusutan cepat ikan raksasa Mekong sangat mengejutkan.
"Kami melihat pola ini di perikanan kod Atlantik, di mana penangkapan ikan selektif berdasar ukuran selama puluhan tahun menghilangkan ikan terbesar dan paling subur, mengakibatkan keruntuhan dramatis. Seiring turunnya ukuran dan kapasitas reproduksi, ikan Mekong berisiko memasuki 'spiral kematian'. Populasi bertahan tapi tidak lagi mampu berkembang biak efektif," katanya.
"Mengetahui raksasa-raksasa ini menyusut, baik ukuran maupun jumlah, rasanya seperti kehilangan sebagian kecil dari Kamboja. Keberadaan mereka memiliki makna budaya dan ekologis mendalam," kata Sophorn Uy dari Royal University of Agriculture di Phnom Penh
Hogan menilai tren penyusutan ini kemungkinan besar masih berlanjut. Selain penangkapan berlebihan, ikan raksasa Mekong juga berjuang menghadapi bendungan yang menghalangi migrasi, krisis iklim, serta kerusakan hutan banjir musiman untuk pertanian, yang merupakan habitat penting.
Ikan pari 300 kg itu menunjukkan bahwa belum terlambat untuk beraksi, namun percuma kecuali manusia bertindak sekarang untuk melindungi spesies ini dan sistem sungainya. "Masa depan raksasa Mekong berada di ujung tanduk," cetus Hogan. Menangkap ikan raksasa sudah ilegal di beberapa negara yang dilalui Sungai Mekong, namun penegakan hukum masih tantangan besar.
(fyk/fyk)