Mendulang Cuan dari Digitalisasi Kuliner
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Senada dengan Bayu, hikmah setahun pandemi COVID-19 turut dirasakan oleh Yodhi Muhammad Ahyad. Ia adalah pemilik merchant Asli Geprek yang mengawali usaha waralabanya sejak 2018 silam. Meski hanya mengisi sebuah tempat kecil di bilangan Cibubur namun omzet yang dia dapat cukup fantastis.
"Per hari paling banyak itu 50 orderan dari Grab aja, kalau lagi flash sale bisa sampai 70 orderan, ini setelah pandemi (bulan Oktober). Kalau dulu awal-awal paling hanya 5-10. Sekarang sudah normal di angka 40-50 untuk GrabFood aja. Kalau total dari offline juga bisa 80-an untuk 1 outlet," ungkapnya.
Yodhi menuturkan sejak diluncurkan pada 2018 hingga kini, Asli Geprek besutannya sudah tersebar di puluhan titik yang menjangkau wilayah Indonesia, dari Jabodetabek, Sumatera, Dumai, Riau, Pekanbaru hingga Kalimantan. Adapun 4 dari 99 gerai yang ada adalah miliknya sendiri dan selebihnya bekerja sama dengan mitra.
"Saya yang di rumah aja tuh, dalam 1 bulan di masa pandemi itu bisa 1.200 orderan. Omzetnya Rp 77 juta, net income-nya 30%, hanya 1 outlet. Itu bulan Oktober 2020 tahun lalu pas mulai naik-naiknya. Itu karena faktor promo dan prokes (protokol kesehatan) Grab juga, karena saya dinamis mengikuti tren," terangnya.
Dia mengungkapkan selain keberadaan promo, protokol kesehatan di masa pandemi diakuinya sangat mempengaruhi usaha kulinernya saat ini. Pasalnya, konsumen kini lebih peka terhadap faktor kesehatan, sehingga hal ini menjadi perhatiannya untuk menghadirkan layanan terbaik selain cita rasa Ayam Geprek.
![]() |
"Contohnya ini tempat cuci tangan dari Grab prokesnya, terus saya dulu juga beli hand sanitizer beberapa dus, itu saya bagikan ke driver. Karena buat mengedukasi juga, jadi driver yang ngambil orderan di sini kita kasih hand sanitizer sama masker. Karena percuma kalau orderan ada tapi drivernya nggak ada," ungkapnya.
"Karena driver paling banyak kontak ke mana-mana jadi itu yang saya kasih juga untuk mereka. Terus untuk karyawan saya, masker saya suplai, vitamin saya kasih, madu saya kasih, karena kan online, malah dulu di depan saya pakai partisi plastik atau penyekat," imbuh Yodhi.
Selain itu, konsumen yang melakukan pembelian Ayam Geprek secara online juga diberikan bonus vitamin C olehnya. Hal itu semata-mata bentuk perhatian Yodhi di masa pandemi, sekaligus untuk menunjukan bahwa usaha kulinernya yang sudah dirintis selama tiga tahun ini tidak menomorduakan protokol kesehatan.
Lebih lanjut, Yodhi menuturkan meski awal-awal pandemi usahanya turut tertekan hingga ada satu gerai miliknya yang tutup dan juga beberapa mitra. Namun, kini pandemi diakuinya bukan lagi tantangan terbesar, melainkan persaingan bisnis kuliner yang semakin ketat.
"Apalagi Ayam Geprek itu banyak, jadi tantangan sekarang adalah persaingan yang semakin ketat. Tadinya yang jualan di sini cuma saya doang, sekarang udah banyak banget karena banyak beralih jadi pelaku UMKM. Untungnya, usaha saya udah punya nama. Kalau di sini (Cibubur) radius 3 kilo pesen ayam geprek tuh pasti ke sini," jelasnya.
Dia pun mengaku bersyukur menjadi mitra GrabFood dan menjalani bisnis kuliner ini secara digital sejak awal 2018 lalu. Sebab, hanya berselang 3 tahun, ia kini dapat menikmati hasil kerja kerasnya menjadi entrepreneur hingga mampu mendulang cuan terus menerus dari menggeprek ayam.
"Saya tadinya nggak punya motor, pinjem punya adik, sampai sekarang alhamdulillah punya mobil dua, motor 4, terus bangun rumah, dari sini ternyata menjanjikan bisnisnya," jelas Yodhi
Klik halaman selanjutnya untuk mengetahui kisah salah satu Mitra GrabBike selama pandemi.