Ilmuwan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menciptakan kompor kayu tabung ganda yang diberi nama 'Si Badai'. Kompor ini disebut ramah lingkungan dan dapat dimanfaatkan masyarakat di pedesaan.
Si Badai merupakan salah satu inovasi yang dipamerkan dalam ajang Indonesia Research and Innovation Expo (InaRI Expo) 2024, di Kawasan Sains dan Teknologi, Soekarno, Cibinong, pada 8 - 11 Agustus 2024.
Para inovatornya adalah periset Pusat Riset Teknologi Tepat Guna BRIN, yakni Dadang Gandara, Arie Sudaryanto, dan Dadang Dayat Hidayat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Si Badai menerapkan sistem aliran udara turbulen dengan memanfaatkan bahan bakar biomassa, seperti sabut kelapa, tempurung kelapa, akar pohon, kayu, dan briket arang," kata Arie Sudaryanto seperti dikutip dari situs BRIN.
"Dengan suhu mencapai 500 hingga 700 derajat celcius, Si Badai memiliki api kebiruan seperti kompor gas LPG. Ada sedikit asap saat kompor dinyalakan, namun akan menghilang berkat fitur blower pada kompor," ujarnya.
Arie mengungkapkan, penggunaan bahan bakar yang mudah ditemukan di lingkungan pedesaan menjadi kelebihan Si Badai dibandingkan kompor gas LPG. Sehingga, masyarakat pedesaan bisa memanfaatkan kompor tersebut pada saat kesulitan tabung gas LPG.
Desain Si Badai
Si Badai disebut kompor tabung ganda karena ada dua tabung dalam konstruksi kompornya, yakni tabung luar dan tabung dalam. Tabung dalam berfungsi untuk ruang bakar, sementara tabung luar untuk penahan sirkulasi udara.
"Antara tabung dalam dan tabung luar ada putaran angin yang dihembus oleh blower. Dari situlah muncul nama Si Badai, karena di dalam ruang bakar terjadi pusaran angin. Pusaran udara seperti halnya angin tornado," terang Arie.
Keunggulan lain dari produk ini, lanjut dia, yaitu panasnya merata dan hemat bahan bakar berkat teknologi gasifikasi yang mampu mengubah biomassa menjadi gas bakar.
Desain dua tabung dengan celah aliran udara dan kipas angin untuk pembakaran sempurna, aman digunakan dengan isolator panas, pengunci rapat, dan aliran udara terkontrol untuk keamanan optimal bagi pengguna.
"Namun prototipe pertama ini masih perlu penyempurnaan, khususnya agar bisa digunakan oleh UKM untuk penggorengan. Kapasitasnya sudah kita ukur, yaitu untuk 5 kilogram bahan bakar bisa digunakan sampai 4 hingga 5 jam," imbuhnya.
Produk ini sudah digunakan dan diuji coba di beberapa tempat, seperti Subang sebanyak 10 unit, Klaten 1 unit, dan Demak 1 unit. Beberapa daerah lain juga sudah ada yang memanfaatkan dengan uji coba untuk prototipe.
"Secara legal, kita sudah bisa melakukan perjanjian lisensi untuk pemanfaatannya dan produksi masal. Kita masih mencari mitra, sudah ada beberapa mitra yang berminat," kata Arie.
Jadi Mesin Pemusnah Sampah
Selain digunakan untuk kompor alternatif LPG, Si Badai juga dimanfaatkan oleh masyarakat di Kabupaten Subang sebagai mesin pemusnah sampah. Jumlah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Kabupaten Subang bisa mencapai hampir 900 ton per hari. BRIN pun bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Subang membuat inovasi berupa alat mesin pemusnah sampah.
"BRIN kan sudah lama ada di Subang, apa yang bisa dibantu untuk Pemda? Salah satu masalah yang muncul itu adalah untuk sampah," ujar Arie.
"Untuk mesin pemusnah sampah ini, kita sudah ada kerja sama dengan SMK Cibogo untuk pengembangan produk, kemudian dengan Politeknik Negeri Subang untuk pengembangan inovasinya, serta dengan PT Abasta, Subang," tambah Arie.
Ia berharap, mesin pemusnah sampah ini bisa dibuat oleh masyarakat sendiri, bukan hanya mengoperasikannya.
"Kita ingin supaya mesin ini menjadi sebuah mesin yang bisa dibuat oleh masyarakat, bukan mengoperasikan saja. Makanya, kami membuat desain yang sederhana, dari bahan yang sederhana, supaya bengkel-bengkel kecil di desa itu bisa membuatnya," harapnya.
(rns/afr)