Lebih dulu ayam atau telur? Perdebatan ini tidak penting saat membahas Mesin Injektor Nutrisi Telur Pratetas yang dikembangkan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), karena yang penting adalah suntikan nutrisinya.
Selama ini, peternak ayam memberikan nutrisi setelah telur menetas. Namun, Peneliti Nutrisi Pakan Ternak BRIN Rantan Krisnan dan Peneliti Pusat Riset Teknologi Tepat Guna Organisasi Riset Pertanian dan Pangan Astu Unadi justru punya ide untuk memberikan nutrisi bahkan sebelum telur menetas.
"Pertumbuhan ayam akan lebih optimal karena dia sudah lebih dulu dibekali nutrisi. Saya mengembangkan formula nutrisi untuk meningkatkan kecernaan pakan. Dulu, nutrisi itu saya suntikkan satu-satu ke telur, hingga kemudian berkolaborasi dengan pak Astu yang membuat mesin injeksinya," papar Rantan ditemui di acara INARI Expo 2024, Kamis (8/8).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Astu Unadi yang keahliannya adalah merekayasa alat atau mesin serta produk teknik manufaktur, menyambut tantangan ini. Hasilnya, lahirlah Mesin Injektor Nutrisi Telur Pratetas atau In Ovo Feeding (IOF), yang fungsinya menginjeksi nutrisi pada telur unggas secara otomatis dalam jumlah banyak.
Sensor Injeksi
Disebutkan Rantan pemilihan nutrisi yang akan diinjeksi ke telur sudah melalui beberapa tahap pengujian, antara lain dengan mempertimbangkan tingkat kelarutan dalam larutan fisiologis karena injeksi ditujukan pada amnion telur.
"Amnion pada telur unggas seperti plasenta janin manusia. Bagian ini yang menyerap nutrisi, sehingga harus larut di amnion agar bisa bereaksi dan diserap," ujarnya.
Tujuan penambahan nutrisi meningkatkan efisiensi pakan, peningkatan respons imun, mempercepat penyempurnaan proses pencernaan, menurunkan potensi mortalitas setelah menetas, dan menurunkan potensi penyimpangan pertumbuhan tulang ayam.
Dari sisi teknis, mesin tersebut dilengkapi sensor sehingga kekeliruan akan terminimalisir. Diakui Astu tidak mudah merakit mesin IOF karena detail-detail sensornya yang rumit dan spesifik.
![]() |
Antara lain, volume nutrisi yang diinjeksi harus merata 0,5 ml per butir. Pemilihan jarum yang menginjeksi nutrisi juga punya spesifikasi dan diameter tertentu, dan lain-lain.
"Jarum tidak boleh kekecilan nanti nutrisinya tidak masuk, juga tidak boleh kebesaran yang bisa bikin telur pecah. Tidak boleh terlalu dangkal atau dalam juga, harus pas mengenai area amnion telur," papar Astu.
Ia menyebutkan, satu kali proses injeksi atau setara dengan 30 butir telur hanya memakan waktu 20-30 detik sehingga sangat efisien jika bisa dimanfaatkan industri peternakan ayam skala kecil hingga menengah.
Cara Kerja
Alat ini bekerja secara otomatis dengan sumber tenaganya berasal dari listrik berdaya 2000 Watt. Dalam satu jam, mesin IOF mampu menginjeksi 3.600-5.400 telur, sehingga sangat efisien dibandingkan dengan menginjeksi nutrisi secara manual.
Astu menyebutkan, telur-telur di nampan yang berkapasitas 30 butir harus seragam ukurannya. Karena jika ada yang berbeda signifikan, khawatir proses injeksi tidak optimal dan malah mengakibatkan telur rusak. Adapun telur yang diinjeksi adalah yang berusia 18 hari sebelum masa inkubasi. Ketika proses injeksi, telur akan bergeser secara otomatis.
![]() |
Dikatakan Astu, pengembangan mesin ini tak akan berhenti sampai di sini, antara lain akan ditambah kemampuannya agar lebih fleksibel terkait ukuran telur yang berbeda-beda. Dengan demikian, telur yang akan diinjeksi tak perlu disortir lagi agar seragam, sehingga lebih efisien dan bisa dipakai segala jenis telur unggas.
![]() |
Selama ini, kata Astu, sekitar 70-80% biaya produksi para peternak ayam habis untuk pakan sedangkan pertumbuhannya kurang bagus sehingga mereka merugi. Ia berharap mesin IOF bisa mendorong pasokan nutrisi pada bibit-bibit unggas untuk menghasilkan hewan yang sehat dan lebih berkualitas.
(rns/rns)