Ilmuwan BRIN Sulap Limbah Padi dan Sawit Jadi Emas Hijau
Hide Ads

Ilmuwan BRIN Sulap Limbah Padi dan Sawit Jadi Emas Hijau

Rachmatunnisa - detikInet
Jumat, 09 Agu 2024 16:36 WIB
Pekerja mengangkut tandan buah kelapa sawit di kawasan PT Perkebunan Nusantara II, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Sabtu (17/2/2024). Kementerian Kordinator Bidang Perekonomian menargetkan peremajaan kelapa sawit tahun 2024 seluas 540 hektare atau dua kali lipat dibandingkan tahun 2022.ANTARA FOTO/Yudi/Spt.
Peneliti Pusat Riset Agroindustri BRIN Hoerudin (Foto: Rachmatunnisa/detikcom)
Jakarta -

Di tangan orang yang tepat, limbah yang bertebaran di sekitar kita dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomi tinggi. Limbah dari sekam padi dan abu kelapa sawit adalah dua contoh di antaranya.

Pusat Riset Agroindustri Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengembangkan teknologi untuk mengolah limbah ini menjadi produk 'emas hijau' bernilai ekonomi tinggi.

Peneliti Pusat Riset Agroindustri BRIN Hoerudin menyebutkan, Indonesia memiliki empat komoditas unggulan dalam agroindustri, yaitu kelapa sawit, padi, tebu, dan jagung. Keempat komoditas ini tergolong sebagai silika akumulator, atau tanaman yang banyak menyerap kandungan silika.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Silika atau silikon dioksida (SiO2) adalah senyawa logam oksida yang banyak terdapat di alam, seperti lempung, abu terbang batubara, pasir atau kuarsa, serta di dinding sel diatom.

Selain terkandung di alam, silika juga dapat dihasilkan oleh organisme hidup seperti tanaman yang disebut silika biogenik atau biosilika.

ADVERTISEMENT

"Padi dan kelapa sawit adalah dua tanaman yang produksinya besar di Indonesia sehingga limbahnya pun banyak. Limbah sabut dan cangkang sawit saja sekitar 51,37 juta ton per tahun, sekam padi 10,95 juta ton. Ini adalah potensi biosilika," kata Hoerudin ditemui di pameran riset dan inovasi INARI Expo 2024 di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

BRINFoto: BRIN/Hoerudin

Selama ini, pemanfaatan biosilika belum diperuntukkan menjadi produk yang bernilai ekonomi, karena sumber biosilika seperti sekam padi hanya dimanfaatkan untuk menjadi bahan bakar pengganti kayu atau minyak tanah.

Pengolahan Limbah Sekam Padi dan Kelapa Sawit

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag), Hoerudin menyebut impor silika non biogenik Indonesia di tahun 2017 mencapai USD 56,3 juta. Jumlahnya meningkat pesat di 2021 menjadi USD 81,99 juta.

"Impor silika kita besar sekali, mengapa tidak kita manfaatkan limbah ini untuk memenuhi kebutuhan tersebut?" tutur Hoerudin.

BRINFoto: BRIN/Hoerudin

Sebagai alternatif silika dari bahan tambang atau proses sintesis, biosilika dapat dimanfaatkan untuk banyak hal, mulai dari pembuatan pupuk, alas kaki, roda, bahan pangan dan farmasi, semikonduktor, dan berbagai macam cat.

Sejauh ini, riset Hoerudin dan timnya sudah mengembangkan dua produk yakni biosilika cair dan serbuk dari limbah padi dan sawit. Biosilika cair dikembangkan dari dua jenis bahan baku, yakni abu boiler sekam padi dan kelapa sawit.

Dijelaskan Hoerudin, abu sekam padi diubah menjadi biosilika cair dengan pelarut alkali kalium hidroksida (KOH) teknis dan air. Sedangkan untuk mengubah sekam padi menjadi abu menggunakan pemanasan atau pembakaran pada suhu 300-700 derajat Celcius.

INARI Expo 2024Salah satu produk turunan yang memanfaatkan biosilika dipamerkan di INARI Expo 2024. Foto: Rachmatunnisa

"Silika cairnya diambil setelah ampas abu sekam padi dipisahkan dari ekstrak silika cair kasar. Jadi setelah yang cairnya didapat, abunya pun dimanfaatkan, tidak ada yang terbuang," jelasnya.

Biosilika cair sudah diuji di 22 provinsi di Indonesia, bekerja sama dengan Lembaga Litbang, PT, Dinas, Swasta, Gapoktan, dan Poktan untuk komoditas padi, bawang merah, dan tebu serta ekosistem sawah, rawa, lahan kering, hingga dataran tinggi. Silika cair lebih mudah diserap tanaman dan sangat cocok untuk penggunaan sebagai pupuk dan pestisida.

Potensi aplikasi lainnya untuk biosilika adalah untuk tekstil, penyamakan kulit, kesehatan gigi, dan lain-lain. Disebutkan Hoerudin, studi terkait limbah agroindustri berpotensi untuk diubah menjadi biosilika terus dikembangkan, termasuk meneliti aplikasi biosilika yang paling sesuai dengan kondisi Indonesia.

Dengan potensi besar ini, pemanfaatan silika biogenik dari limbah agroindustri bukan hanya menjadi solusi inovatif mengurangi limbah, tetapi juga memberikan nilai tambah ekonomi yang signifikan.




(rns/fay)