Rumor Mumi Bisa Sebar Wabah Berbahaya, Ini Kata Ilmuwan
Hide Ads

Rumor Mumi Bisa Sebar Wabah Berbahaya, Ini Kata Ilmuwan

Fino Yurio Kristo - detikInet
Rabu, 10 Jul 2024 10:35 WIB
The golden sarcophagus of King Tutankhamun in his burial chamber is seen in the Valley of the Kings, in Luxor, Egypt, November 28, 2015. Chances are high that the tomb of Ancient Egypts boy-king Tutankhamun has passages to a hidden chamber, which may be the last resting place of Queen Nefertiti, and new evidence from the site will go to Japan for analysis, experts said on Saturday. REUTERS/Mohamed Abd El Ghany
Foto: MOHAMED ABD EL GHANY/REUTERS
Jakarta -

Masyarakat Mesir kuno tak asing dengan penyakit. Penelitian menunjukkan mereka kena sejumlah penyakit menular, termasuk cacar, tuberkulosis, dan kusta. Misalnya Ramses V, firaun keempat dari dinasti ke-20 Mesir,terjangkit cacar. Itu dibuktikan adanya bekas luka cacar di tubuhnya yang jadi mumi.

Meski WHO resmi menyatakan cacar telah diberantas di seluruh dunia pada tahun 1980, mungkinkah ribuan tahun kemudian, mumi yang baru ditemukan dapat menyebarkan penyakit cacar atau penyakit lain dari tubuhnya? Untungnya jawabannya adalah tidak.

Piers Mitchell, direktur Laboratorium Parasit Kuno Universitas Cambridge mengatakan hal itu sangat tidak mungkin. "Sebagian besar spesies parasit mati dalam satu atau dua tahun tanpa adanya inang hidup. Jika Anda menunggu lebih dari 10 tahun, semuanya akan mati," katanya dikutip detikINET dari Live Science.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Misalnya, virus cacar hanya dapat berkembang biak di dalam sel inang yang hidup. Bakteri penyebab tuberkulosis dan kusta juga membutuhkan inang hidup untuk bertahan hidup.

Cacar menyebar melalui sentuhan, sedang tuberkulosis dan kusta biasanya menyebar melalui tetesan dari hidung dan mulut, biasanya melalui bersin atau batuk. Dalam kasus kusta, perlu kontak lebih lama dengan penderita agar penyakit menyebar. Itu karena dua bakteri penyebab penyakit ini, Mycobacterium leprae dan Mycobacterium lepromatosis, berkembang biak dengan lambat.

ADVERTISEMENT

Namun, beberapa cacing usus parasit yang didistribusikan melalui tinja, hidup lebih lama dibandingkan organisme lain. Tidak semuanya memerlukan inang hidup untuk bertahan hidup. Meski begitu, hal tersebut juga bukan kekhawatiran besa bahwa penyakit akan ditularkan oleh mumi.

"Hal ini mungkin jauh lebih sulit dan dapat berlangsung selama beberapa bulan, atau terkadang beberapa tahun, namun tidak ada satupun yang dapat bertahan hingga ribuan tahun," kata Mitchell.

"Sebagian besar parasit mati ketika inangnya mati karena mereka tidak punya cara untuk bertahan hidup," paparnya. Bahkan jika salah satu organisme purba ini masih hidup, masker, sarung tangan, dan alat pelindung lain yang digunakan peneliti untuk mencegah kontaminasi pada mumi akan mencegah mereka tertular atau menyebar patogen.




(fyk/fay)