Ada di Mana Ujung Bumi?
Hide Ads

Ada di Mana Ujung Bumi?

Aisyah Kamaliah - detikInet
Sabtu, 07 Mei 2022 22:00 WIB
IN SPACE - In this handout provided by the National Aeronautics and Space Administration, Earth as seen from a distance of one million miles by a NASA scientific camera aboard the Deep Space Climate Observatory spacecraft on July 6, 2015. (Photo by NASA via Getty Images)
Ada di Mana Ujung Bumi? Foto: NASA via Getty Images
Jakarta -

Ketika naik ke gunung yang tinggi, kadar oksigen sudah mulai menipis. Bahkan untuk mendaki gunung tertinggi, dibutuhkan tabung oksigen untuk menjamin keselamatan pendaki. Kalau begitu, di mana ujung Bumi? Apakah sebenarnya tidak sejauh itu batasan Bumi dan ruang angkasa?

Untuk menjawab itu, kita harus memahami soal lapisan atmosfer yang ada di Bumi. Setiap lapisan atmosfer berperan dalam memastikan planet kita dapat menampung semua jenis kehidupan, melakukan segalanya mulai memblokir radiasi kosmik hingga menciptakan tekanan yang diperlukan untuk menghasilkan air.

"Ketika kamu semakin jauh dari Bumi, atmosfer menjadi kurang padat," Katrina Bossert, fisikawan luar angkasa di Arizona State University, mengatakan kepada Live Science.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Komposisinya juga berubah, dan atom serta molekul yang lebih ringan mulai mendominasi, sementara molekul berat tetap lebih dekat ke permukaan bumi," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Saat kamu bergerak ke atas di atmosfer, tekanan, atau berat atmosfer di atas akan melemah dengan cepat. Meskipun pesawat komersial memiliki kabin bertekanan, perubahan ketinggian yang cepat dapat memengaruhi saluran eustachius yang tipis yang menghubungkan telinga dengan hidung dan tenggorokan.

"Inilah sebabnya mengapa telinga kamu mungkin pecah saat lepas landas di pesawat terbang," ujar Matthew Igel, asisten profesor ilmu atmosfer di University of California.

Akhirnya, udara menjadi terlalu tipis untuk pesawat konvensional untuk bisa terbang. Dengan pesawat seperti itu, ini tidak mampu menghasilkan daya angkat yang cukup. Karenanya, ada area yang telah ditetapkan oleh para ilmuwan sebagai akhir dari atmosfer kita dan awal dari ruang angkasa.

Ini dikenal sebagai garis Kármán, dinamai Theodore von Kármán, seorang fisikawan Amerika Hungaria, pada tahun 1957. Ia menjadi orang pertama yang mencoba mendefinisikan batas antara Bumi dan luar angkasa. Lalu, di mana garis ini berada?

"Ini biasanya didefinisikan sebagai 100 kilometer di atas Bumi," ucap Igel.

Namun, itu tidak berarti atmosfer Bumi tidak ada lagi di luar 100 km ini. Ada sekitar ribuan kilometer sebelum atmosfer Bumi tidak terdeteksi lagi. Jika seseorang mencapai garis Kármán, orang juga mungkin tidak akan menyadarinya. Apalagi tidak ada tanda ketebalan apapun.




(ask/afr)
Berita Terkait