Timur Tengah dan Afrika Utara sudah menjadi wilayah terpanas dan terkering di Bumi, perubahan iklim bisa memperparah kondisinya. Daerah ini bisa mengalami gelombang panas yang menyengat dan membuatnya tidak dapat dihuni dalam beberapa dekade mendatang.
Ilmuwan memperkirakan, seluruh wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara bisa mencapai suhu 60 derajat celcius lebih. Kondisinya bisa sangat buruk, termasuk terjadinya kekurangan air kronis, ketidakmampuan untuk menanam makanan karena cuaca ekstrem, kekeringan parah, dan lonjakan kematian serta masalah kesehatan terkait panas.
Salah satu studi yang dipublikasikan di jurnal Nature mencatat, pada tahun 2100 sekitar 600 juta penduduk, atau 50% dari populasi wilayah tersebut, mungkin terkena peristiwa cuaca 'super-ekstrem' jika proyeksi gas rumah kaca saat ini terus berlanjut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan, panas terik akan berpotensi mengancam jiwa manusia," tulis laporan tersebut.
George Zittis, penulis utama studi tersebut, mengatakan kelembaban yang lebih tinggi dari peningkatan penguapan laut di sekitarnya akan meningkatkan bahaya.
"Tekanan panas selama musim panas akan mencapai atau melebihi ambang batas kelangsungan hidup manusia, setidaknya di beberapa bagian wilayah dan untuk bulan-bulan terpanas," kata Zittis seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (11/11/2021).
Pusat-pusat kota besar di sekitar Teluk, Laut Arab, dan Laut Merah - seperti Dubai, Abu Dhabi, Doha, Dhahran, dan Bandar Abbas, disebut akan lebih sering mengalami suhu yang parah.
Senada dengan studi tersebut, Bank Dunia menyebut kota-kota akan merasakan peningkatan efek pulau yang makin panas dan sebagian besar ibu kota di Timur Tengah bisa mengalami empat bulan hari yang sangat panas setiap tahunnya.
(rns/fay)