Bumi Makin Panas dan Kesehatan Manusia Rusak Akibat Emisi Metana
Hide Ads

Bumi Makin Panas dan Kesehatan Manusia Rusak Akibat Emisi Metana

Rachmatunnisa - detikInet
Rabu, 21 Apr 2021 18:45 WIB
PBB Peringatkan Pemanasan Global Sedang Terjadi, Suhu Naik 3 Derajat di Tahun 2100
Ilustrasi pemanasan global. Foto: ABC Australia
Jakarta -

Dalam beberapa tahun terakhir, emisi metana meningkat. Karena metana berkali-kali lipat lebih kuat daripada karbon dioksida dalam menghangatkan atmosfer, emisi ini meningkatkan pemanasan global. Hal ini juga berdampak pada kesehatan manusia.

Metana dapat berasal dari sumber-sumber alamiah, yaitu emisi geologis, danau, dan tumbuh-tumbuhan. Gas ini juga dapat berasal dari kegiatan manusia, seperti penambangan, pemakaian bahan bakar, kegiatan peternakan, dan pembuangan sampah.

Namun, dampak emisi metana yang cenderung kurang mendapat perhatian adalah, gas ini merupakan bahan utama dalam pembentukan gas rumah kaca lainnya yakni ozon, di atmosfer yang lebih rendah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ozon adalah elemen utama dari kabut asap dan beracun bagi manusia dan tumbuhan. Tak heran, ozon disebut memiliki konsekuensi kesehatan berbahaya yang dapat meningkat seiring dengan perkembangan dunia dan kenaikan suhu global.

Dampak metana pada kesehatan

Mengurangi emisi metana dapat menghindari pemanasan global hampir 0,3 derajat Celcius pada tahun 2040. Dikutip dari Energy Industry Review, mengurangi emisi metana hingga 40% pada tahun 2030 diperkirakan dapat mencegah sekitar 180.000 kematian, 540.000 kunjungan ruang gawat darurat karena asma, dan 11.000 rawat inap orang lanjut usia setiap tahun.

ADVERTISEMENT

Tak hanya berdampak pada kesehatan manusia, ozon di permukaan tanah juga dapat merusak tanaman secara fisik dan berdampak negatif pada tanaman. Pengurangan metana setidaknya diperkirakan dapat mencegah 18 juta ton kehilangan panen pada tahun 2030, senilai USD 5 miliar, setiap tahun.

"Komunitas kualitas udara belum cukup banyak berbicara tentang metana dan komunitas perubahan iklim belum cukup berbicara tentang masalah kualitas udara metana. Diperlukan sinergi di antara strategi, dan itulah mengapa Climate and Clean Air Coalition (CCAC) penting," kata Nino Künzli, Scientific Advisory Panel CCAC dan Unit Head at the Swiss Tropical and Public Health Institute dilansir dari Energy Industry Review, Rabu (21/4/2021).

"Sebagian besar strategi untuk mengurangi polusi udara pada saat yang sama juga mengurangi gas terkait iklim," sebutnya.

Ozon adalah zat yang rumit, tercipta ketika polusi kimia bereaksi dengan sinar Matahari. Ini bersifat siklikal, yang berarti meningkat pada sore dan malam hari selama periode tahun yang hangat dan cerah.

Pernapasan ozon bisa merusak jaringan paru-paru manusia. The Global Burden of Disease memperkirakan, ozon bertanggung jawab atas 11% kematian akibat penyakit pernapasan kronis (chronic respiratory disease/COPD) pada tahun 2019.

Studi memperkirakan, ozon bertanggung jawab atas sekitar satu juta kematian dini per tahun. Kisaran dampak potensi kesehatannya bervariasi, termasuk gangguan pernapasan, penurunan fungsi paru-paru, asma, dan penyakit paru-paru kronis.

Selain memiliki dampak kesehatan yang signifikan, metana juga berumur pendek dengan umur atmosfer sekitar 12 tahun, sehingga efek kesehatan dan iklim dari pembuangannya akan terasa sangat cepat. Faktanya, pengurangan metana bisa menghindarkan Bumi dari kenaikan suhu hampir 0,3 derajat Celcius pada tahun 2040.

"Apa yang perlu kita lakukan sekarang adalah mengulur waktu, sementara kita bergerak menuju lebih banyak perubahan struktural untuk menciptakan ekonomi bersih nol karbon karena akan memakan waktu," kata Scientific Advisory Panel CCAC lainnya, Michael Brauer.

Selanjutnya: Ozon dan masa depan manusia

Ozon dan masa depan manusia

Brauer dan ahli lainnya khawatir ozon dan efeknya akan bertambah buruk jika kita tidak bertindak apa-apa. Pasalnya, ozon paling mudah terbentuk dari reaksi gas-gas prekursor dengan adanya sinar Matahari dan udara hangat yang tidak bergerak, serta pemanasan suhu global diperkirakan akan meningkatkan produksinya. Aktivitas manusia juga menyebabkan emisi metana meningkat secara drastis.

Jumlah kematian ozon juga tidak sepenuhnya mencakup potensi kerusakannya. Jumlah orang yang tidak meninggal tetapi mengalami penurunan kualitas hidup atau peningkatan belanja kesehatan nasional kemungkinan besar jauh lebih tinggi.

Karena dapat merusak paru-paru, penderita asma dan COPD dapat mengalami penurunan kapasitas paru-paru dan peningkatan keparahan penyakit. Hal ini khususnya menjadi perhatian ratusan ribu penderita COPD dan asma yang tinggal di negara berkembang di mana mereka cenderung tidak memiliki akses ke obat yang digunakan untuk mengelola kondisi kesehatan kronis. Untuk kelompok-kelompok ini, masa depan dengan tingkat ozon yang terus meningkat dapat berdampak pada hidup atau mati.

Kekhawatiran lain tentang ozon adalah kemungkinan penurunan produktivitas tenaga kerja di pertanian dan pekerja luar ruangan lainnya yang terpapar ozon dan menderita dampak kesehatan negatifnya.

Sebagaimana ozon merusak pernapasan manusia, gas ini juga berbahaya jika diserap tumbuhan karena secara fisik dapat merusak materi tumbuhan. Tanaman global yang penting, termasuk kapas, kacang tanah, kedelai, gandum musim dingin, dan jagung semuanya terbukti terkena dampak negatif ozon.

"Bukti dampak kesehatan dari polusi udara tidak pernah setinggi dan sejelas ini. Kemajuan ilmiah dalam 20-30 tahun terakhir sangat besar dan terus berlanjut ke arah yang sama, yaitu bahwa kita memiliki lebih banyak penyebab dan bukti," kata Nino Künzli.

Michael Brauer menambahkan, karena emisi metana sangat terkonsentrasi di sektor pertanian (terutama dari ternak) dan sektor bahan bakar fosil (sebagian besar dari minyak dan gas), maka lebih mudah bagi pembuat kebijakan untuk menargetkan tindakan dan menulis kebijakan yang lebih efektif karena mereka dapat berfokus pada beberapa industri dan sumber.

Organisasi kesehatan dunia WHO juga sedang mengembangkan pedoman kualitas udara yang baru dan jauh lebih ketat, yang sedang dikembangkan oleh Brauer dan Künzli dan diharapkan akan dirilis dalam waktu dekat.

"Belum pernah sebelumnya pedoman kualitas udara dilakukan dengan begitu ketat dan sistematis secara metodologis. Tantangan utama yang sudah dimiliki WHO, bahkan sebelum menerbitkan pedoman kualitas yang diperbarui, adalah kepatuhan antara apa yang diusulkan WHO dan apa yang diadopsi oleh pemerintah di seluruh dunia dalam peraturan hukum mereka," kata Künzli.

Künzli berharap bukti yang berkembang tidak hanya dari dampak kesehatan yang merusak dari polutan udara seperti partikulat dan ozon, tetapi peran mereka dalam mendorong perubahan iklim akan semakin mendorong pemerintah perlu meningkatkan peraturan kualitas udara mereka.