Jakarta -
Lagi-lagi Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeluarkan pernyataan kontroversial. Minggu lalu, lewat Twitter dia mengaku-ngaku dirinya kini kebal terhadap virus Corona. Twitter pun memberi peringatan keras bahwa tweet tersebut berisi informasi menyesatkan.
Adakah bukti bahwa Trump kebal terhadap virus Corona? Bahkan jika iya, apakah dia masih bisa menularkan? Berikut ini beberapa penjelasannya secara ilmiah, seperti dikutip dari Inquirer, Rabu (14/10/2020).
Definisi ilmiah dari 'kekebalan'
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya, sistem kekebalan tubuh kita menghasilkan protein yang disebut antibodi untuk melawan penyakit tertentu. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), kekebalan alami dapat diperoleh dengan terkena penyakitnya atau melalui vaksinasi. Untuk vaksin COVID-19 sendiri, saat ini masih dalam pengembangan.
Bagaimana Trump tahu dia kebal?
Trump tidak memberikan bukti untuk mendukung klaim terkait kekebalannya, demikian juga dokter di Gedung Putih, Sean P Conley.
Sejak Trump mengungkapkan dirinya positif COVID-19 pada 2 Oktober, para ahli mencoba mengurai perilakunya dan sejumlah informasi terbatas yang dirilis Gedung Putih untuk menilai tingkat keparahan penyakitnya dan apakah dia telah pulih.
Trump hanya menghabiskan tiga malam dirawat di Walter Reed National Military Medical Center. Di antara obat-obatan yang diberikan kepada Trump, antara lain ada antibodi monoklonal eksperimental dan steroid yang biasanya digunakan untuk kasus-kasus yang parah.
Selanjutnya: Bahkan jika Trump kebal, apakah masih bisa menular?
Bahkan jika Trump kebal, apakah masih bisa menular?
CDC mengatakan, orang dengan COVID-19 ringan hingga sedang tetap menular dan harus dikarantina hingga 10 hari setelah timbulnya gejala. Namun, CDC menambahkan, virus diketahui akan menular antara 10 hingga 20 hari setelah timbulnya gejala pada orang dengan COVID-19 parah.
Trump diyakini telah tertular selama proses pengenalan kandidat pejabat Mahkamah Agung pada 26 September di Rose Garden. Setidaknya, 11 orang yang menghadiri acara tersebut, termasuk ibu negara Melania Trump, dinyatakan positif. Anthony Fauci, anggota satuan tugas virus Corona Gedung Putih, menyebut acara ini sebagai 'superspreader event'.
Secara konsisten Trump sendiri menolak melakukan berbagai tindakan pencegahan seperti mengenakan masker. Pada acara di Rose Garden tersebut, tidak ada tindakan pencegahan untuk membatasi penyebaran virus. Penggunaan masker secara mencolok pun tidak terlihat di acara ini.
Karena tidak jelas kapan gejala Trump dimulai, tidak jelas pula kapan dia menandai 10 hari sejak saat itu. Jika penyakitnya parah, dia mungkin menular lebih dari 10 hari. Mungkin itulah sebabnya Twitter menandai tweetnya sebagai 'informasi menyesatkan dan berpotensi berbahaya'.
Dokter Gedung Putih, pada Kamis (8/10) mengeluarkan informasi terbaru yang mengatakan Trump akan keluar dari masa gejala 10 hari di hari Sabtu (10/10). Selain memenuhi kriteria CDC untuk penghentian isolasi yang aman, sampel COVID PCR Trump di hari itu menunjukkan, dengan standar saat ini, dia tidak lagi dianggap sebagai risiko menularkan kepada orang lain.
Bisakah Trump terinfeksi lagi?
Sekali lagi, tidak ada yang tahu pasti. Saat ini ada empat kasus terinfeksi ulang yang telah dikonfirmasi di seluruh dunia. Para ahli sekarang tahu bahwa virus Corona dapat ditularkan oleh orang-orang tanpa gejala dan melalui tetesan mikroskopis di udara.
"Penelitian tambahan sedang berlangsung. Oleh karena itu, jika seseorang yang telah pulih dari COVID-19 memiliki gejala baru, orang tersebut mungkin memerlukan evaluasi untuk mengetahui apakah dirinya terinfeksi ulang, terutama jika orang tersebut telah melakukan kontak dekat dengan seseorang yang terinfeksi COVID-19," kata CDC.