India Mau Mendarat di Bulan, Indonesia Kapan?
Hide Ads

India Mau Mendarat di Bulan, Indonesia Kapan?

Rachmatunnisa - detikInet
Jumat, 06 Sep 2019 20:20 WIB
India Mau Mendarat di Bulan, Indonesia Kapan?
Ilustrasi misi ke Bulan
Jakarta - Sejarah baru terukir dalam pencapaian teknologi antariksa India. Negara ini sukses meluncurkan misi Chandrayaan-2 ke antariksa dari stasiun angkasa Shirakota pada Juli 2019. Chandrayaan-2 adalah misi ambisius India mendaratkan kendaraan rover di Bulan.

"India itu komitmen untuk teknologi antariksanya luar biasa. Visi keantariksaan India salah satunya adalah membangun kebanggaan nasional," puji Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin, saat dimintai komentarnya mengenai hal ini.

Disebutkan Thomas, dari segi anggaran, India sangat jor-joran untuk bidang keantariksaan. Bahkan boleh dibilang, India menyebut anggaran mereka untuk bidang ini hampir tak terbatas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT




"Karena keantariksaan itu dianggap sebagai pengungkit untuk sektor-sektor yang lain. Dan mereka kemajuannya luar biasa. Saat ini selain sudah punya program ke Bulan, mereka juga merencanakan program ke Mars," kata Thomas.

Menyaksikan pencapaian India, apalagi jika dalam waktu dekat sukses mendarat di Bulan, kita yang saat ini baru bisa jadi penonton mungkin iri melihatnya. Apalagi India dan Indonesia sering disebut punya beberapa kemiripan tak hanya dari segi budaya, tetapi juga pasar teknologi serta kemampuan dalam mengembangkannya.

Tentu pertanyaan yang muncul kemudian adalah, bagaimana dengan perkembangan teknologi antariksa Indonesia? Kapan Indonesia mendaratkan astronot atau wahana antariksa ke Bulan?

Menjawab pertanyaan ini, Thomas mengungkapkan bahwa saat ini Indonesia belum berada pada tahap menyusul negara-negara yang sudah mengorbitkan manusia dan wahana ke antariksa, atau mendarat di Bulan.




"Indonesia dengan segala keterbatasan, terutama dari aspek anggaran, masih fokus untuk pengembangan teknologi antariksa, sesuai dengan kemampuan yang ada, yang saat ini fokus pada pengembangan satelit. Belum masuk ke eksplorasi antariksa yang lebih luas. Jadi untuk program ke Bulan, termasuk program astronot Indonesia pun saat ini belum prioritas," sebutnya.



(Halaman selanjutnya: Beda India dan Indonesia dalam Antariksa)


Beda India dan Indonesia dalam Antariksa

Foto: DPA
Keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPEK) keantariksaan adalah kebanggaan bangsa. Bahkan Presiden pertama Indonesia Sukarno pernah mengatakan, untuk menjadi bangsa yang maju, harus menguasai teknologi antariksa dan nuklir. Bagaimana pendapat Thomas mengenai hal ini?

"Semestinya Indonesia seperti itu. Tapi kita biasanya punya skala prioritas. Ada skala-skala prioritas yang kemudian dengan anggaran terbatas, jadinya dibagi-bagi," sahutnya.


Di India, karena menganggap bahwa bidang keantariksaan sudah menjadi teknologi yang membantu berbagai sektor, maka dukungan anggaran tersebut sangat kuat karena disokong adanya kebutuhan dari berbagai sektor yang membutuhkan teknologi antariksa.

"(Teknologi keantariksaan) untuk pertanian, kehutanan, kebencanaan, tata ruang, dan lain-lain. Jadi semua sektor itu, kemudian program-program itu banyak yang diluncurkan oleh sektor-sektor tersebut, kemudian badan antariksa India yang kemudian melaksanakan," urainya.

Hingga saat ini, misi ke Bulan dan mengirim astronot memang dilihat sebagai pencapaian tertinggi badan antariksa sebuah negara. Menurut Thomas, tantangan terbesar bagi sebuah badan antariksa nasional sesungguhnya adalah mencapai atau mengirimkan misi pada jarak yang paling jauh, tapi kemudian masih bisa memberikan data yang akurat. Karena dengan pencapaian tersebut, memperlihatkan tingkat teknologinya memang sudah sangat tinggi.



"Sebut saja kemampuan Indonesia baru bisa membuat satelit yang mengorbit pada ketinggian 600 km. Negara lain ada yang sudah sampai tingginya 36 ribu km, ada lagi yang sudah bisa mencapai Bulan atau Mars. Semakin jauh, semakin berat tantangannya, tentu membutuhkan kemampuan teknologi yang lebih canggih," terangnya.

(Halaman selanjutnya: Antariksa Indonesia Dibandingkan Malaysia, Singapura)

Antariksa Indonesia Dibandingkan Malaysia, Singapura

Ilustrasi satelit. Foto: Photo by NASA on Unsplash
Sementara saat ini kita hanya bisa menonton perlombaan negara-negara yang berlomba menuju Bulan, lalu apa pencapaian tertinggi bidang antariksa Indonesia sejauh ini?

"Setidaknya Indonesia di tingkat Asia Tenggara memiliki keunggulan dari segi kemampuan membuat satelit dengan fasilitas sendiri dan meluncurkan satelit tersebut serta berfungsi dengan baik," ungkapnya.

Saat ini, ada tiga satelit buatan Indonesia yang mengorbit. Dimulai pada 2007, LAPAN berhasil membuat LAPAN-TUBSAT. Memang, saat itu pembuatan masih dilakukan di Jerman.


"(Satelit pertama) masih proses belajar. Kemudian setelah berhasil membuat satelit pertama, engineer-engineer yang sudah terlatih kembali ke LAPAN sambil membangun fasilitasnya," kata Thomas.

Selanjutnya, satelit kedua bernama LAPAN-A2 berhasil dibuat 5 tahun kemudian. Disusul kemudian satelit ketiga yang diberi nama LAPAN-A3 dan meluncur di 2016.

Dua satelit yang disebut terakhir, yakni LAPAN-A2 dan LAPAN-A3, sepenuhnya dibuat oleh tenaga Indonesia di fasilitas milik LAPAN di Rancabungur, Bogor.

"Beberapa negara di ASEAN ada yang membuat satelit, tapi dibuatnya di negara lain, hanya dianggapnya sebagai satelit mereka. Malaysia, Singapura, Thailand. Indonesia menggunakan tenaga sendiri menggunakan fasilitas sendiri, hanya peluncurannya masih menggunakan peluncur negara lain," ucapnya.



Karena masih 'menumpang' peluncur milik negara lain itu juga yang memacu LAPAN mengembangkan peluncur sendiri. "Saat ini fokus pada pengembangan teknologi satelit dan pemanfaatannya sambil berupaya juga untuk pengembangan wahana peluncurnya," ulangnya.

Halaman 2 dari 3
(rns/krs)