Ada Fenomena Supermoon Lagi Bulan September Ini?
Hide Ads

Ada Fenomena Supermoon Lagi Bulan September Ini?

Rachmatunnisa - detikInet
Jumat, 06 Sep 2019 13:09 WIB
Ada Fenomena Supermoon Lagi Bulan September Ini?
Supermoon terlihat dari Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (19/2/2019). Foto: ANTARA
Jakarta - Berdasarkan catatan astronomi, dari hingga pertengahan 2019 sudah ada beberapa Supermoon kita lalui. Kabarnya, di September ini akan ada lagi fenomena tersebut.

Sejauh ini, di 2019 sudah ada 5 Supermoon yang terjadi, yaitu tanggal 21 Januari, 19 Februari, 21 Maret 2019, serta 1 dan 30 Agustus. Di antara kelimanya, Supermoon 19 Februari merupakan yang terbesar dan paling terang.




SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Buat kalian yang senang menantikan fenomena ini, seperti dikutip dari EarthSky, Jumat (7/9/2019), kabarnya akan ada lagi Supermoon pada 28 September. Apa kata Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)?

Ditanya mengenai hal ini, Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin mengaku belum bisa memastikan update terbaru mengenai fenomena ini. Namun dia membenarkan adanya prediksi Supermoon di bulan September.

"Saya belum buka datanya. Tapi kemungkinan bisa jadi (ada Supermoon di September), berdasarkan prediksi sebelumnya," kata Thomas saat dimintai konfirmasi tentang hal ini.

Supermoon, sejatinya adalah fenomena Bulan purnama yang terdekat, alias purnama yang lebih besar. Namun bagi orang awam, mereka akan melihatnya sebagai fenomena Bulan purnama saja.



"Supermoon itu hanya menampakkan purnama yang lebih besar. Tapi awam sesungguhnya tidak bisa membedakan karena ukurannya hanya bertambah sedikit. Hanya astronom yang memotret saja yang bisa menyimpulkan ini lebih besar dari yang sebelumnya," Thomas menjelaskan.


(Halaman selanjutnya: Bisa Diprediksi 100 Tahun Sebelumnya)

Bisa Diprediksi 100 Tahun Sebelumnya

Penampakan Super Blue Blood Moon di Jakarta, 31 Januari 2018. Foto: Rachman Haryanto
Disebutkan profesor riset astronomi yang mengenyam pendidikan S1 bidang Astronomi di ITB ini, Supermoon merupakan fenomena global yang bisa dilihat dari seluruh dunia. Fenomena alam ini berbeda dengan gerhana yang hanya 'mampir' di wilayah tertentu saat peristiwa terjadi.

Yang menarik, dalam ilmu astronomi, fenomena seperti Supermoon bisa diperhitungkan dari 100 tahun sebelumnya. "Jadi sudah bisa diperhitungkan kapan yang akan disebut Supermoon. (Perhitungan) dilihat dari jarak Bulan ke Bumi," ujarnya.


Thomas merinci, jarak rata-rata Bulan ke Bumi adalah 384 ribu kilometer. Pada peristiwa Supermoon, jaraknya akan berkisar di angka 350-360 ribu kilometer. Jadi lebih dekat ke Bumi dari rata-ratanya.

"Memang ada periode-periode tertentu yang memungkinkan itu. Dalam fenomena lain ada juga yang disebut Minimoon, kebalikannya yakni Purnama pada jarak terjauh, (jarak Bulan ke Bumi) sekitar 400 ribu kilometer," jelasnya.

Periode terjadinya Supermoon setiap tahunnya tidak akan sama, karena orbit Bulan yang mengitari Bumi berbentuk lonjong. Sementara Bulan mengitari Bumi, Bumi pun mengitari Matahari.


"Periodenya tidak pas betul, bulan depan bisa saja masih Supermoon, kemudian bulan depannya lagi tidak. Sebulan kemudian bisa Supermoon tapi tanggalnya bisa saja bergeser," jelas pria berkacamata ini.

(Halaman selanjutnya: Keistimewaan Supermoon)

Keistimewaan Supermoon

Penampakan Super Blue Blood Moon di Madrid, Spanyol. Foto: Dok. REUTERS/Paul Hanna
Berbeda dengan di Indonesia, di negara-negara barat, Supermoon punya penamaan yang unik. Biasanya penamaan tersebut didasarkan pada musim kemunculan purnama dan penampakannya. Sebut saja misalnya Strawberry Moon, yang muncul saat musim panen buah stroberi dan purnamanya terlihat kemerahan.

"Di Indonesia yang purnama saja disebutnya. Kalau di negara barat, karena mereka musimnya ada 4, dan mereka memberi nama fenomenanya sesuai penampakannya. Misalnya terlihat merah seperti stroberi, atau merah agak kuning. Atau kalau purnama dalam sebulan itu ada dua kali, maka nama purnama kedua disebut sebagai Blue Moon, dan lain-lain," urainya.


Di balik keindahan dan keistimewaan fenomena Supermoon, ada hal yang perlu diwaspadai saat peristiwa ini terjadi, yakni dampaknya pada kenaikan permukaan air laut.

"Saat purnama terdekat biasanya pasang air laut pun menjadi maksimum. Jadi kalau kita berada di pantai, pada saat pasang itu jadi lebih tinggi dari pasang biasa. Kalau pantainya landai, air lautnya itu akan melimpah ke daratan yang lebih jauh lagi dan itu umum terjadi," terangnya.

Dampak Supermoon yang biasanya diperingatkan, dikatakan Thomas, adalah ketika supermoon tersebut dikombinasikan dengan cuaca buruk di laut.


"Itu akan menimbulkan gelombang rob, itu yang perlu diwaspadai karena menimbulkan gelombang pasang di pantai yang melimpah lebih ke daratan yang lebih jauh," tutupnya.

Halaman 2 dari 3
(rns/krs)