Pemerintah menargetkan kecepatan internet tetap (fixed broadband) di Indonesia bisa menembus 1 gigabit per detik (Gbps) di 38 kota dan kabupaten pada tahun 2029. Namun, bila mengacu pada laporan terbaru Ookla menunjukkan, kecepatan internet tetap Indonesia masih jauh dari target tersebut.
Berdasarkan data Speedtest Global Index per September 2025, kecepatan unduh (download) rata-rata fixed broadband di Indonesia baru mencapai 41,15 Mbps dengan kecepatan unggah (upload) 27,55 Mbps dan latensi 7 milidetik.
Dengan kecepatan internet tetap Indonesia itu melorot satu peringkat dari bulan sebelumnya atau kini menduduki peringkat 118 dari 154 negara di dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun sebagai perbandingan, kecepatan rata-rata global untuk fixed broadband tertinggi, yakni mencapai 400,68 Mbps yang dipegang oleh Singapura .
Di kawasan Asia Tenggara, kecepatan internet fixed broadband Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan kecepatan internet tetap paling rendah.
Dari daftar peringkat yang dilihat detikINET, koneksi internet tetap RI tertinggal dari Singapura 400,68 Mbps, Thailand 264,54 Mbps, Vietnam 263,88 Mbps, Malaysia 156,80 Mbps, Filipina 107,29 Mbps, Brunei Darussalam 84,48 Mbps, Kamboja 48,27 Mbps. Indonesia hanya unggul dari Myanmar 27,62 Mbps.
Ookla merils kecepatan internet Indonesia terbaru untuk layanan internet mobile dan fixed broadband per September 2025. Foto: Ookla |
Target Ambisius 1 Gbps di 38 Kota pada 2029
Presiden Prabowo Subianto melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menargetkan 38 kota dan kabupaten di Indonesia akan memiliki koneksi internet berkecepatan minimal 1 Gbps pada 2029. Program ini menjadi bagian dari rencana besar pemerataan infrastruktur digital dan penguatan ekonomi nasional.
Tahap awal akan dimulai pada 2026 di beberapa kota uji coba, lalu diperluas secara bertahap hingga seluruh 38 wilayah pada 2029. Teknologi yang akan digunakan meliputi fiber optik, fixed wireless access (FWA), serta satelit untuk daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).
Target tersebut tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Komdigi 2025-2029 yang menjadi pedoman pembangunan infrastruktur digital nasional lima tahun ke depan. Adapun Renstra Komdigi tersebut sedang dalam tahap konsultasi publik.
Dalam dokumen tersebut, Komdigi mengungkapkan bahwa konektivitas digital merupakan fondasi utama dalam mendukung transformasi nasional menuju Indonesia Emas 2045. Arah kebijakan bidang konektivitas digital difokuskan pada perluasan jaringan berkapasitas tinggi dan peningkatan kualitas layanan internet nasional.
"Pemerintah menargetkan jumlah kota/kabupaten dengan konektivitas berkapasitas minimal 1 Gbps mencapai 38 lokasi pada tahun 2029," ujar dikutip dari dokumen Renstra Komdigi 2025-2029.
Untuk mendukung pencapaian tersebut, Komdigi menyebut bahwa pembangunan infrastruktur digital akan dilakukan dengan prinsip pemerataan, keamanan, dan keberlanjutan.
"Konektivitas digital yang bermakna dan inklusif menjadi enabler bagi ekosistem digital nasional yang produktif dan berdaya saing," pungkas Komdigi.
(agt/agt)












































