Apa Itu Frekuensi 2,6 GHz yang Bakal Bikin Internet RI Ngebut
Hide Ads

Apa Itu Frekuensi 2,6 GHz yang Bakal Bikin Internet RI Ngebut

Agus Tri Haryanto - detikInet
Senin, 03 Nov 2025 12:29 WIB
Menara BTS dan Antena TV. 
dikhy sasra/ilustrasi/detikfoto
Ilustrasi menara BTS 4G. Foto: Dikhy Sasra
Jakarta -

Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) tengah menyiapkan dengan akan membuka lelang pita frekuensi 2,6 GHz yang dinilai punya potensi besar untuk menggenjot keceptan internet Indonesia.

Apa Itu Pita Frekuensi 2,6 GHz?

Secara sederhana, pita frekuensi adalah jalur "lalu lintas" tempat sinyal nirkabel seperti internet seluler, WiFi, dan siaran televisi berjalan. Semakin lebar dan bersih jalurnya, semakin lancar pula arus data yang dapat dilewatkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Frekuensi 2,6 GHz dikenal ideal untuk layanan 4G dan 5G, terutama di wilayah perkotaan dengan kepadatan pengguna tinggi. Hal ini seakan menjadi angin segar bagi koneksi internet nasional, terutama 5G yang belum berkembang pesat sejak hadir pada pertengahan 2021.

ADVERTISEMENT

Spektrum ini menawarkan kapasitas besar dan kecepatan tinggi, meskipun jangkauannya lebih pendek dibanding pita rendah seperti 700 MHz. Artinya, frekuensi 2,6 GHz dinilai cocok untuk area dengan kebutuhan bandwidth tinggi, misalnya kawasan bisnis, pusat kota, dan kampus.

Adapun sebelumnya, Komdigi melakukan konsultasi publik terkait pemanfaatan spektrum mid-band Mei 2025.

Menurut laporan GSMA Intelligence, pita 2,6 GHz sudah digunakan di lebih dari 80 negara untuk penggelaran jaringan 4G dan 5G karena kemampuannya menyediakan kapasitas data tinggi tanpa menimbulkan gangguan signifikan pada layanan eksisting.

Selain meningkatkan pengalaman pengguna, pembukaan pita 2,6 GHz juga menjadi fondasi bagi pengembangan ekosistem 5G dan ekonomi digital. Dengan kapasitas data tinggi dan latensi rendah, pita ini dapat menunjang teknologi masa depan seperti kendaraan otonom, kota pintar (smart city), Internet of Things (IoT), dan cloud computing.

Kecepatan rata-rata internet Indonesia saat ini masih terbilang masih tertinggal di kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan data Ookla Speedtest Global Index (Oktober 2025), kecepatan unduh rata-rata internet seluler di Indonesia mencapai 36,9 Mbps, sedangkan Malaysia sudah berada di kisaran 89 Mbps, dan Singapura mencapai lebih dari 110 Mbps.

"Tambahan pita frekuensi radio untuk mobile broadband sangat dibutuhkan Indonesia selain untuk meningkatkan daya saing bangsa, juga untuk meningkatkan pengalaman internet yang lebih baik. Dalam mendukung kebutuhan pita frekuensi radio tersebut, Kementerian Komunikasi dan Digital rencananya akan menyiapkan pita frekuensi radio 2,6 GHz," tulis Komdigi saat itu.

Frekuensi 2,6 GHz merupakan salah satu pita mid-band yang memiliki keunggulan kapasitas dengan bandwidth yang tersedia sebanyak 190 MHz. Selanjutnya pita frekuensi radio 2,6 GHz dengan moda Time Division Duplex(TDD) memiliki ekosistem perangkat 4G dan 5G terbanyak ke-2 secara global.

Dengan digunakannya spektrum ini oleh operator seluler, Komdigi mengharapkan dampak dari penggunaan pita frekuensi radio 2,6 GHz untuk 4G/5G dapat menghadirkan konektivitas broadbandyang lebih berkualitas.

Lelang Frekuensi 2,6 GHz

Setelah menyelesaikan lelang frekuensi 1,4 GHz, Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menyebutkan Kementerian Komdigi menargetkan akan membuka lelang pita frekuensi 2,6 GHz. Lelang frekuensi ini direncanakan digelar pada akhir 2025.

Meutya menyebutkan lelang frekuensi 2,6 GHz sebagai langkah untuk memperkuat koneksi 5G di Indonesia. Sebagai informasi, sejak dihadirkan pertengahan Mei 2021, jaringan seluler generasi kelima itu cakupannya baru 10%.

"Mudah-mudahan untuk kejar akhir tahun ini, kita juga akan melakukan lelang dari 2,6 GHz untuk pembangunan 5G," kata Meutya dalam acara FEKDI x IFSE 2025 di Jakarta Pusat, sebagaimana dikutip dari Antara, Kamis (30/10/2025)

Dia menambahkan, meski seleksi frekuensi tersebut digelar akhir tahun ini, Komdigi membidik prosesnya baru rampung pada tahun depan. Kemudian, setelah itu, pembangunan jaringan 5G melalui frekuensi 2,6 GHz segera bisa dimulai.

"Kalau lancar, (lelang frekuensi 2,6 GHz) tahun depan selesai dan pembangunannya juga sudah mulai dirasakan tahun depan," kata Meutya.




(agt/agt)
Berita Terkait