Kesenjangan Digital
Mimpi indah itu tidak bisa terwujud apabila infrastruktur telekomunikasi belum merata di seluruh Indonesia. Indonesia masih memiliki kesenjangan digital yang terjadi di berbagai daerah. Contoh yang mencolok, adanya perbedaan di Pulau Jawa dan daerah Tanah Air lainnya, khususnya di wilayah terdepan, tertinggal, dan terluar (3T).
Menurut laporan Statistik Telekomunikasi 2022 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada 31 Agustus 2023 menunjukkan sinyal telepon seluler yang dipancarkan melalui suatu menara base transceiver station (BTS) yang ditempatkan secara menyebar di seluruh Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BPS menyebutkan kuat lemahnya sinyal yang diterima setiap daerah belum tentu sama, karena dipengaruhi oleh banyak hal antara lain: daya pancar menara BTS, ketinggian, jarak, letak geografis, contour wilayah, dan arah hadapan BTS.
Pada 2021, jumlah desa/kelurahan yang di dalam wilayahnya terdapat menara BTS adalah 39.062 desa/kelurahan dari 84.096 desa/kelurahan. Sisanya tidak terdapat menara BTS, yaitu pada 45.034 desa/kelurahan.
Dari desa/kelurahan yang memiliki menara BTS, terdapat 35.916 desa/kelurahan yang mampu menerima sinyal kuat, 3.086 desa/kelurahan yang menerima sinyal lemah, dan 60 desa/kelurahan yang tidak mendapat sinyal telepon seluler.
Di sisi lain, dari desa/kelurahan yang tidak memiliki menara BTS, terdapat 25.416 desa/kelurahan yang mampu menerima sinyal kuat, 14.520 desa/kelurahan yang menerima sinyal lemah, dan 5.098 desa/kelurahan yang tidak mendapatkan sinyal telepon seluler.
![]() |
Infrastruktur Telekomunikasi Di 3T
Sebagai informasi, operator telekomunikasi tidak tertarik mengembangkan layanan mereka di pelosok. Pasalnya, pendapatan yang diperoleh tidak sebanding dengan investasi dan biaya operasional yang akan ditanggung perusahaan. Persoalan tersebut yang coba diatasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melalui Badan Layanan Umum (BLU) Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti)
Sejumlah program infrastruktur telekomunikasi yang sedang dan akan dikerjakan Bakti, di antaranya Palapa Ring yang merupakan proyek pembangunan jaringan kabel serat optik yang menghubungkan 90 kabupaten/kota di seluruh Indonesia, dengan 57 kabupaten/kota layanan dan 33 kabupaten/kota interkoneksi. Jaringan ini berupa kabel serat optik yang membentang sepanjang 12.148 kilometer yang terdiri dari kabel optik darat dan bawah laut, serta segmen jaringan radio microwave sebanyak 55 hop.
![]() |
Melalui Palapa Ring, daerah yang sebelumnya merupakan area blankspot menjadi terkoneksi layanan internet. Masyarakat di sekitar akan merasakan hak yang sama dengan daerah lainnya.
Kemudian, BTS 4G. Menkominfo Budi Arie Setiadi telah melantik Direktur Bakti Danny Januar Ismawan. Ia diberi mandat untuk menuntaskan pembangunan BTS 4G yang sempat tertunda karena persoalan hukum sebelumnya.
Dalam waktu hitungan hari ke depan, Satelit Republik Indonesia (Satria-1) akan segera beroperasi dan melayani hingga 37 ribu fasilitas layanan publik di 3T. Satelit pemerintah ini akan dimanfaatkan penyediaan akses internet yang sulit dijangkau oleh infrastruktur di daratan.
![]() |
Palapa Ring yang sebelumnya masih terpisah-pisah akan disatukan melalui proyek Palapa Ring Integrasi. Tujuannya satu, kabupaten/kota di seluruh Indonesia terhubung dengan jaringan fiber optik.
Bakti Kominfo merencanakan pembangunan Palapa Ring Integrasi, yakni pembangunan tulang punggung sepanjang 12.083 km untuk meningkatkan utilitas dan resiliensi Palapa Ring eksisting, serta menjadi bagian dari infrastruktur tulang punggung yang terhubung ke jaringan internasional.
Palapa Ring Integrasi akan tergelar sepanjang 12.083 kilometer yang terdiri dari 8.203 kilometer merupakan kabel darat dan 3.880 kilometer adalah kabel laut.