Begini Cara Satria-1 Salurkan Internet ke Pelosok Indonesia
Hide Ads

Special Feature Bakti Kominfo

Begini Cara Satria-1 Salurkan Internet ke Pelosok Indonesia

Anggoro Suryo - detikInet
Rabu, 13 Des 2023 20:15 WIB
Satelit Republik Indonesia (Satria-1) sudah mencapai orbitnya dan dijadwalkan mulai operasional pada akhir Desember 2023. Inilah potret stasiun pengendali SATRIA-1 yang ada di Bumi.
Stasiun Pengendali Satria-1 Banjarbaru. Foto: Rachman Haryanto/detikcom
Jakarta -

Satria-1 bakal menjadi salah satu tulang punggung untuk menyalurkan koneksi internet ke daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Cara kerjanya seperti apa sih?

Saat ini Satria-1 sudah mencapai slot orbit 146 derajat Bujur Timur atau berada di ketinggian 36 ribu km di atas langit Papua. Satelit internet pemerintah itu ditargetkan melayani 37 ribu titik di 3T yang sulit dijangkau oleh infrastruktur telekomunikasi daratan yang ditargetkan beroperasi Desember 2023.

Cara kerja Satria-1 menyalurkan koneksi internet ke daerah 3T ini dijelaskan oleh Sri Sanggrama Aradea, Kepala Divisi Satelit Badan Aksesibilitas Komunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Kominfo.

Secara sederhana, koneksi internet tersebut berawal dari stasiun Bumi yang berfungsi sebagai gateway untuk Satria-1. Stasiun-stasiun bumi yang berada di 11 kota di Indonesia ini akan 'menembakkan' koneksi internet ke Satria-1, untuk kemudian dipancarkan kembali ke very small aperture terminal (VSAT) -- mirip dengan parabola kecil yang dipakai di mesin-mesin ATM.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu stasiun Bumi tersebut berada di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, yang juga berfungsi sebagai pengendali cadangan untuk Satria-1. Maksudnya, stasiun ini menjadi cadangan pengendali jika stasiun utama yang ada di Cikarang, Jawa Barat, mengalami masalah.

"Satria-1 ini memiliki adalah 11 stasiun Bumi, kita menyebutnya stasiun Bumi kecil ya, yang gunanya adalah sebagai feeder link untuk memancarkan internet ke satelit, lalu akan didistribusikan oleh satelitnya ke titik-titik VSAT layanan di public services atau pusat layanan pemerintah di seluruh Indonesia, khususnya di daerah 3T," jelas Aradea.

ADVERTISEMENT

Aradea pun menyebutkan, pihaknya mendapatkan laporan kalau masa pakai Satria-1 ini ternyata bisa mencapai 18 tahun, sedikit lebih lama ketimbang perkiraan awal yang hanya 15 tahun. Begitu juga kapasitasnya yang meningkat dari 150 Gbps menjadi 160 hingga 170 Gbps.

"Kemarin kita juga sudah mendapatkan report dari teman-teman di lapangan, bahwa satelit ini, alhamdulillah, akan berusia 18 tahun ke depannya, rencananya kan dulunya 15 tahun ya, dan kapasitasnya juga meningkat, 160 sampai 170 GBPS, jadi alhamdulillah, semua kapasitas ini nanti akan bisa didistribusikan dan diikmati oleh masyarakat di seluruh Indonesia," tambahnya.

Meski Satria-1 sudah mencapai orbit dan berbagai pengujian saat ini sudah selesai dilakukan, kapasitas bandwidth sebesar itu menurut Aradea membutuhkan waktu 2 sampai 3 tahun untuk bisa dipenuhi.

"Untuk kapasitas 150 Gbps saat ini yang sudah dimiliki oleh Satria, akan kita isi secara bertahap, kurang lebih 2-3 tahun. Dan ini juga perlu diperlukan sangat tepat, mengingat lokasi-lokasi yang menjadi target dari bakti ini sendiri, perlu kerjasama yang cukup intens dengan kementerian dan lembaga pengusulnya itu sendiri," pungkas Aradea.




(asj/fay)
Berita Terkait