Berselancar di Dunia Maya Tak Lagi Jadi Utopis
Hide Ads

Berselancar di Dunia Maya Tak Lagi Jadi Utopis

Agus Tri Haryanto - detikInet
Rabu, 13 Des 2023 23:23 WIB
Suasana produksi gula aren di Desa Tutumaloleo, Kecamatan Galela Utara, Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara.
Ilustrasi masyarakat di daerah ikut merasakan dampak kehadiran infrastruktur telekomunikasi yang dilakukan oleh Bakti Kominfo. Foto: Rafida Fauzia
Jakarta -

Internet. Satu kata magis yang akan memberikan perubahan dalam proses cara hidup dalam masyarakat secara luas di era digital dewasa ini. Sayangnya, Indonesia, sebuah negara besar, belum merdeka sinyal internet.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa raksasa teknologi Google terlahir karena menjalankan ide yang dicetuskan Larry Page dan Sergey Brin dari garasi kecil. Jika itu dinilai seperti kisah dongeng, maka Gojek bisa jadi contoh nyata yang dekat, perusahaan lokal yang kini statusnya startup decacorn satu-satunya dari Indonesia.

Dari sisi layanan, Google dan Gojek adalah dua perusahaan teknologi berbeda. Tetapi, ada kesamaan dari kedua perusahaan itu. Ya, pemanfaatan internet.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penetrasi Internet Indonesia

Kebutuhan akses internet Indonesia semakin meningkat. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) jumlah penduduk yang terkoneksi pada 2022-2023 mencapai 215.626.156 jiwa dari total populasi 275.773.901 jiwa penduduk Indonesia di 2022.

Jika dibandingkan di tahun sebelumnya, ada peningkatan 1,17% penetrasi internet tanah air menjadi 78,19%. Kendati tidak signifikan pertumbuhannya, tren penetrasi internet di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.

ADVERTISEMENT

Di 2018, penetrasi internet mencapai 64,8% dan naik menjadi 73,7% pada 2019-2020. Kemudian, pada 2021-2022, tingkat penetrasi internet kembali menanjak sampai 77,02% dan survei terakhir menyentuh 78,18%. Hal ini memberi tanda bahwa orang Indonesia membutuhkan layanan internet.

Pertumbuhan pengguna internet Indonesia dari tahun ke tahun yang mengalami peningkatan.Pertumbuhan pengguna internet Indonesia dari tahun ke tahun yang mengalami peningkatan. Foto: Indonesiabaik.id

Potensi Ekonomi Digital

Merujuk pada laporan e-Conomy SEA yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company terbaru mengungkap ekonomi internet Indonesia secara keseluruhan diperkirakan bernilai USD 44 miliar USD pada 2020 dan diperkirakan mencapai USD 124 miliar pada 2025.

Sektor e-Commerce jadi roda penggerak utamanya yang diperkirakan naik 54% menjadi USD 32 miliar pada 2020, dari USD 21 miliar pada 2019. Pertumbuhan momentum e-commerce di Indonesia juga tercermin dari peningkatan lima kali lipat jumlah supplier lokal yang mencoba berjualan online karena pandemi.

"Laporan tahun ini menunjukkan ekonomi digital Indonesia terus bertumbuh dua digit, dipimpin oleh e-commerce dan media online. Dengan adanya pandemi, sektor tertentu seperti perjalanan dan transportasi memang terhambat tetapi, seperti yang ditunjukkan laporan ini, hingga 2025 keduanya diperkirakan akan bangkit dalam jangka pendek hingga menengah," kata Managing Director Google Indonesia, Randy Jusuf.

Kesenjangan Digital

Mimpi indah itu tidak bisa terwujud apabila infrastruktur telekomunikasi belum merata di seluruh Indonesia. Indonesia masih memiliki kesenjangan digital yang terjadi di berbagai daerah. Contoh yang mencolok, adanya perbedaan di Pulau Jawa dan daerah Tanah Air lainnya, khususnya di wilayah terdepan, tertinggal, dan terluar (3T).

Menurut laporan Statistik Telekomunikasi 2022 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada 31 Agustus 2023 menunjukkan sinyal telepon seluler yang dipancarkan melalui suatu menara base transceiver station (BTS) yang ditempatkan secara menyebar di seluruh Indonesia.

BPS menyebutkan kuat lemahnya sinyal yang diterima setiap daerah belum tentu sama, karena dipengaruhi oleh banyak hal antara lain: daya pancar menara BTS, ketinggian, jarak, letak geografis, contour wilayah, dan arah hadapan BTS.

Pada 2021, jumlah desa/kelurahan yang di dalam wilayahnya terdapat menara BTS adalah 39.062 desa/kelurahan dari 84.096 desa/kelurahan. Sisanya tidak terdapat menara BTS, yaitu pada 45.034 desa/kelurahan.

Dari desa/kelurahan yang memiliki menara BTS, terdapat 35.916 desa/kelurahan yang mampu menerima sinyal kuat, 3.086 desa/kelurahan yang menerima sinyal lemah, dan 60 desa/kelurahan yang tidak mendapat sinyal telepon seluler.

Di sisi lain, dari desa/kelurahan yang tidak memiliki menara BTS, terdapat 25.416 desa/kelurahan yang mampu menerima sinyal kuat, 14.520 desa/kelurahan yang menerima sinyal lemah, dan 5.098 desa/kelurahan yang tidak mendapatkan sinyal telepon seluler.

Proporsi Desa/Kelurahan yang Mendapatkan Sinyal Telepon Seluler menurut Pulau dan Kekuatan Penerimaan Sinyal 2020 dan 2021Proporsi Desa/Kelurahan yang Mendapatkan Sinyal Telepon Seluler menurut Pulau dan Kekuatan Penerimaan Sinyal 2020 dan 2021 Foto: BPS

Infrastruktur Telekomunikasi Di 3T

Sebagai informasi, operator telekomunikasi tidak tertarik mengembangkan layanan mereka di pelosok. Pasalnya, pendapatan yang diperoleh tidak sebanding dengan investasi dan biaya operasional yang akan ditanggung perusahaan. Persoalan tersebut yang coba diatasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melalui Badan Layanan Umum (BLU) Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti)

Sejumlah program infrastruktur telekomunikasi yang sedang dan akan dikerjakan Bakti, di antaranya Palapa Ring yang merupakan proyek pembangunan jaringan kabel serat optik yang menghubungkan 90 kabupaten/kota di seluruh Indonesia, dengan 57 kabupaten/kota layanan dan 33 kabupaten/kota interkoneksi. Jaringan ini berupa kabel serat optik yang membentang sepanjang 12.148 kilometer yang terdiri dari kabel optik darat dan bawah laut, serta segmen jaringan radio microwave sebanyak 55 hop.

Palapa Ring adalah proyek jaringan untuk mendukung penyediaan internet murah dan sinyal merataPalapa Ring adalah proyek jaringan untuk mendukung penyediaan internet murah dan sinyal merata Foto: Shutterstock

Melalui Palapa Ring, daerah yang sebelumnya merupakan area blankspot menjadi terkoneksi layanan internet. Masyarakat di sekitar akan merasakan hak yang sama dengan daerah lainnya.

Kemudian, BTS 4G. Menkominfo Budi Arie Setiadi telah melantik Direktur Bakti Danny Januar Ismawan. Ia diberi mandat untuk menuntaskan pembangunan BTS 4G yang sempat tertunda karena persoalan hukum sebelumnya.

Dalam waktu hitungan hari ke depan, Satelit Republik Indonesia (Satria-1) akan segera beroperasi dan melayani hingga 37 ribu fasilitas layanan publik di 3T. Satelit pemerintah ini akan dimanfaatkan penyediaan akses internet yang sulit dijangkau oleh infrastruktur di daratan.

Satelit Republik Indonesia (SATRIA-1) sudah mencapai orbitnya dan dijadwalkan mulai operasional pada akhir Desember 2023. Inilah potret stasiun pengendali SATRIA-1 yang ada di Bumi.Satelit Republik Indonesia (SATRIA-1) sudah mencapai orbitnya dan dijadwalkan mulai operasional pada akhir Desember 2023. Inilah potret stasiun pengendali SATRIA-1 yang ada di Bumi. Foto: Rachman_punyaFOTO

Palapa Ring yang sebelumnya masih terpisah-pisah akan disatukan melalui proyek Palapa Ring Integrasi. Tujuannya satu, kabupaten/kota di seluruh Indonesia terhubung dengan jaringan fiber optik.

Bakti Kominfo merencanakan pembangunan Palapa Ring Integrasi, yakni pembangunan tulang punggung sepanjang 12.083 km untuk meningkatkan utilitas dan resiliensi Palapa Ring eksisting, serta menjadi bagian dari infrastruktur tulang punggung yang terhubung ke jaringan internasional.

Palapa Ring Integrasi akan tergelar sepanjang 12.083 kilometer yang terdiri dari 8.203 kilometer merupakan kabel darat dan 3.880 kilometer adalah kabel laut.


Literasi Digital

Pembangunan infrastruktur telekomunikasi di 3T bukanlah akhir dari perjalanan. Sebab, ada hal penting lain yang menjadi pekerjaan rumah selanjutnya mesti dituntaskan, yakni literasi digital.

Direktur Utama Bakti Fadhilah Mathar menceritakan kisah Bakti saat berupaya membangun infrastruktur telekomunikasi di daerah pelosok tanah air. Peralihan jaringan 2G ke 4G dinilai perlu diiringi dengan pemahaman dunia maya.

"Ketika mereka punya HP yang belum smart, saat itu menganggap bahwa perpindahan teknologi ini merepotkan. Nah, itu karena kurangnya literasi yang kami berikan kepada mereka," ujar Fadhilah di Jakarta.

"Sama dengan hal-hal yang terkait dengan pendidikan di tahun 2019, akhirnya wilayah 3T, walaupun tidak semua masih wilayah-wilayah tertentu itu sudah bisa melaksanakan ujian nasional berbasis komputer berbarengan dengan Jabodetabek," sambungnya.

Disampaikannya, masyarakat di wilayah 3T, pengetahuan akan internet tidaklah sama dengan yang diketahui perkotaan. Permasalahan itu dituntaskan dengan dilakukannya literasi digital.

"Misalnya ada seorang ibu yang menelpon anaknya menggunakan video call, anaknya kan masih hidup, cuma karena keadaan ekonomi mereka tidak bisa pulang cukup cepat dan sering. Dan mungkin waktu itu tujuh tahun dia tidak pulang ketika melihat anaknya mengira itu sesuatu yang mistis. Itu hal yang tidak mungkin bisa kita bayangkan di Jabodetabek di mana pilihannya sebegitu banyak, sehingga kalau lemot sedikit saja kita bisa ganti provider kan," tuturnya.

Dirut Bakti Kominfo Fadhilah MatharDirut Bakti Kominfo Fadhilah Mathar Foto: Agus Tri Haryanto/detikINET

Bila literasi digital sudah dijalankan, bukan hal yang mustahil transformasi digital di pedesaan menjadi kenyataan. Dirut Bakti Kominfo mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian, desa-desa yang mengadopsi digital memiliki potensi pertumbuhan ekonomi lima kali lebih besar dibandingkan dengan perkotaan. Hal itu dimungkinkan karena masyarakat di pedesaan sebagai first mover sehingga memiliki ruang pertumbuhan yang lebih besar.

"Dengan adanya internet, infrastruktur, yang telah dibangun oleh Pak Presiden Jokowi dengan sangat luar biasa, sehingga akuisisi ilmu pengetahuan itu bisa diserap dengan lebih cepat. Produktivitas bisa didorong dengan lebih baik dengan adanya transformasi digital," kata Fadhilah.

Untuk itu, Bakti Kominfo akan semakin gencar mempercepat transformasi di desa-desa. Harapannya, hal tersebut tidak hanya memberikan kontribusi lokal, melainkan turut berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional.

"Transformasi digital itu akan berpengaruh 0,7% sampai 1% dari CAGR (Compounded annual growth rate) pertumbuhan ekonomi dan kita mengharapkan dengan inklusif kita ini desa-desa juga memberikan kontribusi kepada growth kita. Kalau mau jadi Indonesia maju minimal di 6%, idealnya 6,2% sampai 6,5% per tahun," pungkasnya.

Indonesia merdeka sinyal internet di masa mendatang? Semoga.



Simak Video "Video: Google Prediksi Ekonomi Digital RI Capai USD 90 M Tahun Ini"
[Gambas:Video 20detik]