Masalah Distribusi Set Top Box TV Digital: Salah Data hingga Tersasar
Hide Ads

Masalah Distribusi Set Top Box TV Digital: Salah Data hingga Tersasar

Agus Tri Haryanto - detikInet
Jumat, 24 Jun 2022 22:03 WIB
LAS VEGAS, NV - JANUARY 09: The DISH Hopper HD DVR system, including a pair of companion Joey set-top boxes, are displayed during a press event at The Venetian for the 2012 International Consumer Electronics Show (CES) January 9, 2012 in Las Vegas, Nevada. The unit comes with a 2 TB hard drive and can record up to six TV shows at once and can display up to four different shows in four different rooms in a home at the same time. CES, the worlds largest annual consumer technology trade show, runs from January 10-13 and is expected to feature 2,700 exhibitors showing off their latest products and services to about 140,000 attendees.   Ethan Miller/Getty Images/AFP (Photo by Ethan Miller / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / Getty Images via AFP)
Masalah Distribusi Set Top Box Gratis: Salah Alamat, Data Lama, Sampai Nyasar (Foto: Getty Images via AFP/ETHAN MILLER)
Jakarta -

Penyelenggara multipleksing (mux) mengungkapkan berbagai kendala di lapangan saat melakukan distribusi set top box gratis TV digital, mulai dari persoalan data lama, salah alamat, mahal, sampai nyasar ke wilayah yang tidak ada siaran TV analog.

Set Top Box (STB) adalah alat yang sangat krusial perannya membantu TV analog untuk menangkap siaran TV digital. Alhasil, TV analog masih bisa dipakai ketika siaran TV digital mengudara.

Bantuan STB ini berasal dari penyelenggara mux, seperti Viva Group, MNC Group, Media Group, SCM Group dan Transmedia yang dibantu sisanya oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Total 6,7 juta unit dibagikan ke seluruh Indonesia sesuai impelementasi Analog Switch Off (ASO) di masing-masing wilayah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Adapun sekarang proses suntik mati TV analog sudah dilakukan sejak 30 April sampai berakhir pada 2 November 2022. Seiring penghentian siaran analog tersebut, STB gratis juga dibagikan.

Hanya saja, penyelenggara mux menemukan berbagai masalah di lapangan. Hal itu yang mereka curhat di hadapan Rapat Dengar Pendapat Panja Digitalisasi Penyiaran dengan Komisi I DPR RI, Jakarta, Kamis (23/6).

"Ada beberapa kendala dalam distribusi set top box, masalah utama adalah data, misalnya data rumah tangga miskin yang disampaikan Kominfo itu data tahun 2013, sehingga memang tidak akurat, apalagi adanya pandemi jumlah rumah tangga miskin bisa bertambah," ungkap Direktur Viva Group Neil R. Tobing.

Temuan di lapangan lainnya, lokasi penerima set top box gratis TV digital ini berada di wilayah yang sulit dijangkau dengan moda transportasi roda empat, bahkan roda dua juga tidak ditembus.

"Bahkan, penerima set top box gratis tidak berada di wilayah siaran TV ter-cover oleh siaran TV analog, apalagi siaran TV digital. Jadi, saat ini mereka menggunakan televisi berbayar karena area blankspot, tetapi data rumah tangga miskin memasukkan mereka sebagai penerima subsidi dalam bentuk set top box," tuturnya.

Direktur Utama Surya Citra Media Sutanto Hartono memaparkan dalam melakukan distribusi set top box gratis TV digital ini tidak hanya melakukan pengiriman tetapi juga pemasangan yang berdampak pembengkakan biaya.

Untuk distribusi set top box gratis TV digital ini menelan biaya sekitar Rp 20 ribu - Rp 50 ribu per rumah. Sedangkan untuk melakukan instalasi juga sampai muncul tanda QR Code itu estimasi biaya Rp 45 ribu - Rp 70 ribu tergantung lokasi rumah penerima bantuan.

"Kita juga menemukan kendala teknis, seperti penggantian kabel, antena, TV tidak berfungsi normal, sehingga instalasi memakan waktu lama. Seperti disampaikan sebelumnya, data rumah tangga miskin tidak sesuai atau tidak memenuhi kriteria," ungkapnya.

Mengingat pentingnya set top box gratis untuk masyarakat, khususnya rumah tangga miskin, yang masih jadi terkendala pembagiannya, penyelenggara mux meminta agar implementasi ASO yang berakhir 2 November 2022 itu ditunda.




(agt/fay)