Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate blak-blakan soal Satelit Republik Indonesia (Satria) generasi pertama alias Satria-1 belum diluncurkan, tapi sudah mempersiapkan satelit Satria-2.
Hal itu yang dipertanyakan anggota Komisi I DPR RI, Nico Siahaan, dalam rapat kerja Komisi I dengan Menkominfo di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (8/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bapak membuat inisiatif baru, Satria-2. Bisa dijelaskan mengenai hal itu dan pentingnya Satria-2. Satelit Satria-1 saja baru meluncur tahun depan, rencananya, kenapa kita terburu dengan Satria-2 ini?" tanya Nico.
Menkominfo mengungkapkan bahwa saat ini Indonesia masih kekurangan kebutuhan satelit untuk memancarkan akses internet di seluruh Tanah Air. Disampaikannya, Indonesia membutuhkan setidaknya kapasitas satelit hingga 1 Gbps.
Sementara itu, satelit Satria-1 yang akan mengangkasa di 2023 itu hanya menyediakan kapasitas 150 Gbps. Kemudian, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyiapkan Hot Backup Satellite (HBS) senilai Rp5,2 triliun yang juga diluncurkan tahun depan.
"Dari Hot Backup Satellite ini itu 150 Gbps, tapi yang digunakan 80 Gbps yang sisanya untuk pengguna sejumlah negara di ASEAN," ucapnya.
Dari dua satelit tersebut baru memenuhi 230 Gbps, yang kemudian nantinya akan ditambah dengan satelit kembar, Satria-2a dan Satria-2b yang total kapasitas 300 Gbps. Satelit ini disebut Johnny dilirik Prancis dan Inggris yang tertarik berinvestasi.
"Sehingga total kebutuhan itu sudah 600 Gbps, namun itu masih jauh di bawah 1 Tbps. Satelit Satria-1 merupakan investasi swasta, tetapi pada satelit Satria-2 itu skemanya G2G financing atau menggunakan porsi rupiah murni," ungkapnya.
(agt/fay)