Pemanggilan Warnet Medan
Kepolisian Medan Tutup Mulut?
Selasa, 15 Mar 2005 11:19 WIB
Jakarta - Pengelola warung internet di Medan konon dipanggil kepolisian terkait kasus penipuan 'Ferrari'. Namun kepolisian Medan menyangkal hal itu. Memilih bungkam?Senin petang (14/03/2005), detikcom menerima informasi akan adanya pemanggilan pengelola warnet di Medan. Pemanggilan tersebut, menurut keterangan Rully Sembayak, koordinator Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) wilayah Medan, adalah pengembangan dari kasus penipuan online yang terjadi di Medan.Rully khawatir pemanggilan itu akan melebar hingga masalah perizinan warnet di Medan. Padahal, lanjut Rully, hampir seluruh warnet di Medan tidak memiliki izin. "Mereka bukan tidak mau, tapi tidak tahu mau ke mana untuk mengurusnya," ujarnya kemarin.Namun, Kasat Reskrim Poltabes Medan, AKP Maruli Siahaan menampik kabar tersebut. "Belum, belum ada panggilan," ujarnya kepada detikcom, Selasa (15/03/2005). Maruli juga berujar belum ada rencana pemanggilan tersebut. Bahkan, ia mengatakan, terkait kasus penipuan itu belum ada pengelola warnet yang dipanggil untuk penyidikan. Bisa jadi dalam kasus ini pihak kepolisian memilih untuk tidak memberikan informasi apapun lewat media massa. Pasalnya, hal serupa juga pernah terjadi dalam kasus carding beberapa tahun silam. Ketika itu dikhawatirkan informasi yang menyebar lewat media massa akan mengganggu penyelidikan. Kasus penipuan 'Ferrari' itu terjadi seputar Januari dan Februari 2005 lalu. Elias Youssef, seorang warga Kuwait yang berdomisili di Bandung, membeli mobil Ferrari seharga US$ 50 ribu. Iklan penawaran mobil tersebut diterimanya lewat e-mail. Tak disangka-sangka Youssef ternyata menjadi korban penipuan. Pelakunya, konon sebuah komplotan dengan anggota yang masih berstatus mahasiswa. Komplotan itu dibekuk oleh aparat kepolisian Medan awal Februari 2005 lalu. Namun, seorang tersangka masih buron. Hingga saat ini kasus tersebut masih dalam penyidikan. Kasus itu diduga bisa 'merambat' ke warnet-warnet di Medan, pasalnya pelaku menggunakan warnet sebagai 'basis operasi' saat mengirimkan e-mail penawaran palsu tersebut.
(wsh/)