Hasselblad memboyong teknologi LiDAR, yang lazim dipakai pada mobil otonom, untuk menjadi sistem autofokus pada kamera mirrorless buatannya.
Sistem LiDAR ini dipakai di kamera mirrorless medium format terbaru Hasselblad, yaitu X2D II 100C. Kamera ini menggunakan sensor BSI CMOS medium format dengan resolusi 100MP, dan punya dynamic range 15,3 stop.
Ini adalah pertama kalinya teknologi ini dipakai pada sistem kamera secara terintegrasi. Sebelumnya memang DJI, perusahaan yang menjadi pemilik Hasselblad, sudah menggunakan LiDAR pada aksesoris autofokus kamera bernama Focus Pro.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Xiaomi Bantah Kabar Cerai dari Leica |
Namun kini LiDAR dihadirkan secara terintegrasi dalam mirrorless terbaru Hasselblad. Dan, ini semestinya menjadi peningkatan yang signifikan dibanding sistem autofokus kamera yang selama ini ada.
Dalam sejarahnya, kamera kelas consumer mempunyai keterbatasan pada sistem autofokus yang sulit mengikuti objek bergerak. Ditambah lagi karena ketergantungannya pada ketersediaan cahaya pada objek yang mau difoto.
Saat ini kebanyakan kamera mirrorless menggunakan sistem autofokus phase detection, yang menangkap cahaya yang masuk ke sensor untuk mengukur jarak kamera dari objek untuk kemudian mengatur fokusnya, demikian dikutip detikINET dari Techspot, Selasa (2/9/2025).
Memang, perkembangan teknologi phase detection saat ini sudah meningkatkan kecepatan dan akurasinya, namun cara kerja proses ini tetap bersifat reaktif. Yaitu kamera harus menerima cahaya dari objek terlebih dahulu, barulah kamera bisa menentukan fokus.
Cara kerja ini berbeda dengan sistem autofokus LiDAR, yang menggunakan laser untuk ditembakkan ke objek dan menghitung waktu yang dibutuhkan laser untuk memantul kembali ke kamera, dan kemudian dipakai untuk mengukur jarak objek dari kamera.
Cara kerja ini membuat LiDAR jauh lebih kencang dan akurat dalam menghitung jarak objek, tanpa tergantung pada ketersediaan cahaya, dan bisa mencakup jarak yang lebih jauh. Saat sistem LiDAR terganggu, kamera tetap bisa menggunakan sistem autofokus konvensional yang ada.
Selain tak tergantung pada cahaya, LiDAR juga jauh lebih kencang ketimbang phase detection. Sensor LiDAR punya refresh rate beberapa ratus hertz, bisa menganalisa gambar ratusan kali tiap detiknya, dan terpisah dari sistem sensor kamera.
Sementara sistem autofokus phase detection bergantung pada refresh rate sensor, dan performanya akan makin lambat saat refresh ratenya diturunkan, misalnya saat merekam video dalam frame rate yang lebih lambat.
LiDAR pun bisa mengkonstruksi objek secara tiga dimensi, yang memberikan informasi geometri objek pada pengguna kamera. Hal ini akan berguna untuk menggunakan fokus manual dalam lingkungan yang kompleks.
(asj/fay)