Pengamat memberikan apresiasi kepada Polri karena dirasa mau menerima kritik dari publik. Ini dicerminkan dari kolom komentar yang tidak dimatikan di akun media sosial resmi Polri.
Menurut Hariqo Satria Pengamat Media Sosial dari Komunikonten, Polri memang perlu mendapat kritik agar semakin baik. Bisa dibilang, komentar negatif netizen adalah jamu yang semakin menyehatkan Polri.
"Selama empat minggu ini, saya sudah mengecek akun medsos resmi Polri: FB, instagram @divisihumaspolri dll. Patut kita apresiasi, Polri tidak menutup kolom komentar di akun medsos resminya, sehingga siapa pun bisa memberikan saran dan kritikan," kata Hariqo melalui keterangan yang diterima detikINET.
Hariqo mengharapkan, tidak ada yang melakukan intimidasi, doxing, dan tidak ada target operasi pada siapapun yang menyehatkan Polri lewat kritikan. Didapati oleh Hariqo, isu yang sering diutarakan warganet adalah Polri bebas dari mafia judi, korupsi, hingga rekayasa kasus.
Lebih lanjut, dengan tidak menutup kolom komentar di akun medsos resmi Polri, ini mengindikasikan, bahwa krisis komunikasi yang dialami Polri selama lebih kurang satu bulan ini, tidak direspon dengan menutup telinga, mata dan hati. Justru menurut Hariqo ini sebaliknya, Polri terkesan terbuka terhadap banyak saran dari masyarakat.
"Sebab pernah saya dapatkan, ada lembaga negara yang menutup kolom komentar di akun medsos resminya, karena salah satu petingginya jadi tersangka korupsi. Setelah membaca ribuan komentar masyarakat di medsos, secara umum, saya melihat kepentingan netizen adalah agar Polri semakin berintegritas, tidak ada motif kebencian," tandasnya.
Simak Video "Puncak Arus Mudik Lebaran Diprediksi Terjadi di Antara 18-21 April"
[Gambas:Video 20detik]
(ask/afr)