Kenapa Netizen Indonesia Suka Rusuh, Ini Jawabannya
Hide Ads

Kelakuan Netizen

Kenapa Netizen Indonesia Suka Rusuh, Ini Jawabannya

Tim - detikInet
Sabtu, 13 Mar 2021 06:36 WIB
cyber bullying concept. people using notebook computer laptop for social media interactions with notification icons of hate speech and mean comment in social network
Kenapa netizen Indonesia suka rusuh? (Foto: Getty Images/iStockphoto/asiandelight)
Jakarta -

Aneka kasus belakangan ini membuat nama netizen Indonesia disorot dunia. Sebutlah kasus Dayana usai perseteruan dengan Fiki Naki dan juga Microsoft setelah mengeluarkan hasil survei yang menyebut netizen kita kurang sopan dibandingkan negara lain di Asia Tenggara. Belum lagi berita artis seperti NS yang menghebohkan lini masa berhari-hari.

Ada apa sebenarnya? Bukankah Indonesia negara yang ramah dan disukai karena budayanya yang penuh kehangatan? detikINET pun mencoba menanyakan pendapat beberapa orang.

"Kadang hidup itu 'gajah di pelupuk mata tidak tampak, semut di seberang lautan tampak'. Jangan sampai terjadi sama diri sendiri baru kita berasa. Harusnya kita mendoakan yang baik-baik ketimbang nyindir nambah dosa," kata Hamidah (57), seorang warga bukan nama sebenarnya, kepada detikINET.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, mungkin netizen lebih merasa senang untuk berfokus pada masalah orang lain sehingga dirinya bisa lupa dengan masalah yang ia hadapi. Dengan melihat kehidupan orang lain lebih susah dan menekankannya lewat kata-kata kebencian, bisa muncul perasaan bahwa ia lebih baik dari yang dicemooh.

Tak hanya Hamidah, ada juga Lalimah (28), nama samaran, yang mengutarakan pendapatnya kepada kami. Ia beranggapan pada dasarnya netizen yang julid hanya ingin mendapatkan perhatian orang lain.

ADVERTISEMENT

"Dia caper, pengin di-notice. Jadi ada kebanggaan. Mungkin anak zaman sekarang pada kena penyakit caper," cetusnya.

Agar lebih afdol, detikINET pun berbincang dengan pakar yakni Nadya Puspita Ekawardhani, MPsi, Psikolog dari Personal Growth soal kebiasaan sebagian netizen Indonesia yang sering julid. Ia menjelaskan bahwa julid dapat diartikan sebagai mengungkapkan kata-kata yang cenderung negatif dan dilebih-lebihkan.

Ungkapan julid di media sosial sudah tidak asing lagi, terlebih media sosial saat ini menjadi salah satu sumber informasi yang dapat diakses oleh siapa saja. Nah sayangnya, informasi yang dipaparkan di media sosial dapat menimbulkan iri hati, rasa cemas, dan khawatir.

"Selain itu, kebanyakan orang lebih tertarik dengan berita mengenai kehidupan orang lain. Akibatnya, timbul perbandingan dengan kehidupan pribadi dan komentar-komentar negatif pada kolom komentar yang pada dasarnya dapat diakses oleh siapa saja. Mereka ingin bebas untuk berpendapat, namun kurang dapat mempertanggungjawabkan atau memikirkan dampaknya bagi orang lain," terangnya, dalam perbincangan Jumat (12/3/2021).

Halaman berikutnya: Faktor lain kenapa netizen julid dan rusuh...

Simak video 'Microsoft Trending Gegara Riset Netizen Indonesia Tidak Sopan':

[Gambas:Video 20detik]



Faktor lain mengapa netizen bisa julid dan rusuh

Semakin banyaknya komentar negatif di media sosial dapat dijelaskan melalui teori sosial, yakni konformitas yang adalah suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada (Baron, 2005). Hal ini yang menjadi dasar penyebaran komentar negatif yang semakin luas.

"Hal lainnya, kurangnya aktivitas dan pendidikan yang memadai dapat mempengaruhi juga, karena individu yang bersangkutan kurang dapat memilah informasi yang tepat," sambung Nadya.

Yang perlu diperhatikan lagi nih detikers, apa yang kamu tuliskan bisa jadi mencerminkan siapa dirimu, loh. Menurut Nadya ada benarnya ungkapan bahwa tulisan seseorang menunjukkan jati diri yang menulisnya.

"Pendapat tersebut cenderung sesuai, namun perlu ditinjau kembali konteks dan kebenarannya. Karena pendapat masing-masing individu, berasal dari pengalaman pribadi dan orang-orang di sekitarnya. Sehingga, apa yang terucap oleh setiap individu menggambarkan pola pikir dari individu yang bersangkutan, serta mencerminkan pribadinya," tuturnya.

Waspada saat komentar, bisa jadi bully

Memang, media sosial adalah tempat yang bisa membuat orang lebih bebas berekspresi, akan tetapi itu tidak membuat orang bebas menuliskan komentar semau mereka.

Nadya menyarankan ada baiknya untuk berpikir ulang sebelum menuliskan komentar. Ia juga membagikan ciri-ciri komentar yang sudah masuk kategori toxic dan bully, antara lain:

  • Komentar yang menuduh atau memberikan tanggapan/asumsi tanpa mengetahui inti permasalahan yang ada
  • Mengirim komentar yang berisi informasi atau ancaman yang tujuannya adalah menyakiti, mengancam dan merendahkan orang lain, seperti komentar yang tidak menghargai SARA (Suku, Agama, Ras, Antargolongan), komentar yang berlebihan terkait penampilan dan keadaan fisik (body shaming)
  • Mengirimkan komentar tersebut berulang kali dengan sengaja
  • Menggunakan kata-kata kasar.

Yuk detikers, kita bermain medsos dengan lebih tertib lagi, menjaga jempol kita dan menjauhkan diri dari tindakan negatif di media sosial!