Rosalia Sciortino, Associate Professor Institute for Population and Social Research, Mahidol University, Thailand pun tak memungkiri bahwa banyak orang, terutama wanita yang menjadi korban bully di dunia maya.
Baca juga: Instagram Lebih Galak pada Pelaku Bullying |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Intinya, banyak sekali permasalahan bully yang bermula hanya dari penampilan fisik yang ada dan herannya si tukang julid di medsos pun terkesan tak berpikir dua kali begitu menuliskan komentar.
Sciortino beranggapan bahwa medsos adalah tempat di mana orang bisa mengaburkan jati dirinya sehingga tak heran banyak yang lebih 'berani' dalam mem-bully orang.
"Anonimitas yang membuat fenomena ini sama dengan geng di mana mereka berani karena satu kelompok, tidak sendiri-sendiri. Dalam internet mereka berani karena memang anonim, kita tidak tahu siapa orang ini," lanjutnya.
Wanita yang merupakan salah satu aktivis perempuan ini pun beranggapan bahwa sebetulnya isu cyber bullying sendiri sudah sepatutnya mendapatkan perhatian lebih lewat pembentukan badan independen yang mengurusi hal tersebut.
Baca juga: Pangeran William Kecam Habis Media Sosial |
"Kita tidak tahu komentar yang user itu buat bernada bullying atau bukan, hoaks atau bukan, karena kita tidak punya badan independen untuk itu. Kita memang secara internasional sudah perlu badan independen yang mengatur cyber bullying ataupun komentar yang menjurus ke arah situ," katanya menyudahi percakapan.
(rns/krs)