"Pengalaman akun yang saya urus, interaksi orang-orang yang menderita dengan yang pernah tahu atau mengalami depresi itu tidak seperti di platform lain, ketika platform lain lebih nge-judge, di Twitter malah lebih suportif," kata Jiemie.
Misalnya ada yang menuliskan kecenderungan suicidal, entah mengapa ada banyak yang mendukung menuliskan kalimat positif seperti 'kamu kuat, ayo cari bantuan'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jiemi dikenal banyak berdiskusi soal kesehatan jiwa di Twitter lewat akun @jiemiardian. Dia mengaku senang karena ada banyak netizen yang bisa membantu menjawab dengan tepat. Jadi dari Twitter terbangun komunikasi yang positif dan efektif.
Terakhir, Jiemi mengatakan membahas isu kesehatan mental memang 'tricky' tapi isu ini harus dibahas. Kadang hal ini pun memancing pro dan kontra.
"Susah dijelaskan terutama pemilihan topik, depresi bukan sekedar perasaan, pada depresi kondisi kebersyukuran tidak terganggu dan bisa depresi. Kalimat ini ada dasarnya. Ini pun mendapat pertanyaan teman-teman," tuturnya.
Ia tidak sendirian, saat menulis cuitan, ia akan membutuhkan proof reader dari psikolog guna memastikan itu bukan informasi yang memancing hal-hal negatif dan disertai data.
"Yang saya pancing justru survivor, survivor ini yang merasakan bisa mengungkapkan saya depresi, tapi saya tetap bisa bersyukur," pungkasnya.
Baca juga: Netizen Bagikan Kisah Seram #MenaraSaidah |
(fyk/fay)