"Hati-hati dengan kata-kata Anda, ia bisa dimaafkan tapi tidak dilupakan," tulis New Straits Times dalam tajuknya yang dikutip detikINET.
"Carl Sandburg mengucap kata bijak itu, tapi mungkin pendiri Big Blue Taxi Datuk Shamsubahrin Ismail tidak mendengarkannya. Saat ini, dia membawa dirinya dan juga menyedihkannya negara ini, dalam masalah besar dengan membuat beberapa pernyataan kontroversial," tambah mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
New Straits Times pun membahas soal kalimat Ismail yang menyebut Indonesia adalah negara miskin dan membuat banyak orang di Indonesia tersinggung. Mereka pun memberi pesan khusus.
"Bagi perusahaan Malaysia, kami mengatakan ini, pebisnis seharusnya membuat jembatan, bukan tembok. Kata-kata Ismail akan berdampak negatif pada bisnis Malaysia di Indonesia. Jika sejarah menjadi hakimnya, dampak semacam itu bisa diduga," tandas New Straits Times.
Ke Halaman Selanjutnya
Media Lokal Nasihati Bos Taksi Malaysia
Demo Gojek di Kedubes Malaysia. Foto: Ari Saputra
|
Dikhawatirkan, masalah ini ikut merembet dalam pertandingan tersebut. "Dalam kondisi normal saja, fans Indonesia berseteru dengan penantang," cetus mereka.
Media tersebut mengakui antara Indonesia dan Malaysia memang ada berbagai perbedaan dan pertengkaran. Namun sebagai negara serumpun, tentu banyak juga persamaan. Dan Gojek bisa jadi adalah salah satu 'jembatan' kedua negara.
"Model bisnisnya memang mengganggu bisnsi existing di Malaysia. Tapi bukannya bisnis saat ini semua tentang disrupsi? Uber dan Dego Ride dayang dan pergi. Airbnb dan Grab juga di sini. Yang lain tentu akan datang. Saran kami adalah, temukan solusi bisnis untuk mengalahkannya,"
Sebagai penutup, New Straits Times mengumbar pepatah lama. "Seperti dikatakan, lidah mungkin tidak bertulang, tapi bisa mematahkan banyak hati,"