Menanggapi aksi tersebut, sang bos taksi Malaysia menyatakan tidak butuh uang untuk datang ke Indonesia. Ia juga mengklaim sudah sering datang ke sini dan berencana bakal datang lagi.
"Saya tidak butuh uang siapapun untuk datang ke Indonesia. Saya familiar dengan negara itu. Saya tidak yakin seberapa banyak yang dikumpulkan demonstran tapi saya menyarankan mereka menyalurkannya ke masjid dan orang Indonesia yang memerlukannya," kata dia yang dikutip detikINET dari New Straits Times.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia juga menandaskan telah meminta maaf secara terbuka. "Saya telah meminta maaf ke publik dan telah menjelaskan kenapa kata miskin muncul," ujar Ismail.
Ismail kembali menyinggung bahwa kalimatnya menyatakan Indonesia miskin adalah berasal dari laporan dari media dan politisi di sini.
"Saya meriset berdasarkan apa yang media dan politisi di sana katakan tentang industri, dan istilah miskin digunakan. Namun demikian, pernyataan saya dibawa keluar konteks," cetus dia.
Ke Halaman Selanjutnya
Mau Datangkan Big Blue Taxi
Foto: Agus Tri Haryanto/inet
|
"Saat ini, saya fokus pada perawatan kanker saya. Tapi saya pasti akan datang ke Indonesia, Kamboja, India, Vietnam dan negara tetangga lain tahun ini untuk mempromosikan layanan taksi kami. Atas kehendak Tuhan, jelang akhir tahun ini, saya berharap membawa layanan Big Blue ke Indonesia," tandasnya.
Seperti diberitakan, aksi demo di Kedubes Malaysia menuntut Ismail datang langsung ke Indonesia karena driver Gojek tidak terima dengan kata-katanya. Mereka menyumbangkan uang pecahan Rp 500 hingga Rp 1.000 untuk diserahkan kepada Ismail untuk membeli tiket pesawat ke Indonesia.
"Kita kumpulkan koin bahwasanya driver Gojek tidak miskin. Kami ingin klarifikasi langsung. Ini ongkos buat Samsul," ucap peserta aksi, Selasa (3/9/2019).
Diestimasi ada sekitar 400 driver Gojek yang mengikuti aksi tersebut. Adapun kalimat Ismail yang paling menimbulkan kehebohan adalah saat menyindir kemiskinan Indonesia. Ia kemudian meminta maaf tapi tak lama kemudian, Ismail malah mengkritik pemerintah Indonesia.