Isap Ganja, Elon Musk Langgar Aturan Tesla
Hide Ads

Isap Ganja, Elon Musk Langgar Aturan Tesla

Virgina Maulita Putri - detikInet
Sabtu, 08 Sep 2018 11:03 WIB
Elon Musk. Foto: Istimewa
Jakarta - Setelah mengisap ganja di podcast milik komedian Joe Rogan yang disiarkan langsung di YouTube, Elon Musk terkena masalah. Elon dianggap telah melanggar kebijakan kode etik dan bisnis Tesla.

Seperti dikutip detikINET dari CNBC, Sabtu (8/9/2018), kode etik dan bisnis Tesla menjelaskan, pegawai dilarang bekerja dengan keadaan di bawah pengaruh obat-obatan terlarang atau alkohol. Konsumsi obat-obatan terlarang dan alkohol juga dilarang di lingkungan kerja.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Elon dan Rogan merekam podcast tersebut di California, Amerika Serikat, yang peraturan negara bagiannya telah melegalkan penggunaan ganja. Tetapi berdasarkan hukum federal AS, penggunaan ganja masih ilegal.

Dalam wawancara yang berlangsung 2,5 jam tersebut, Elon dan Rogan membicarakan berbagai topik mulai dari kecerdasan buatan, pesawat listrik, hingga energi berkelanjutan. Selain mengisap ganja, Elon juga terlihat meminum whiskey langsung dari botol berukuran besar.

Elon dapat disebut mewakili Tesla sebagai CEO dalam wawancara tersebut. Dengan mengisap ganja dan meminum whiskey, Elon disebut berada di bawah pengaruh ganja dan alkohol saat sedang bekerja.

Sebelumnya, Elon pernah mengirimkan email ke publikasi The Guardian yang tentang kebijakan Tesla mengenai penggunaan ganja.

"Kebijakan kami mengizinkan sejumlah THC (bahan kimia di ganja) selama jam kerja, asalkan mereka berada di bawah batas minimum (seperti batas minimum alkohol," kata Elon.



Ini bukan pertama kalinya muncul kekhawatiran terhadap konsumsi obat-obatan oleh Elon. Dia sendiri pernah menegaskan bahwa dirinya tidak mengonsumsi ganja karena itu tidak baik untuk produktivitas.

"Tapi saya tidak sedang berada di bawah pengaruh ganja. Ganja itu tidak membantu produktivitas. Ada alasan untuk kata 'mabuk ganja.' Kalian hanya duduk di sana mabuk karena ganja," ujarnya saat diwawancara oleh The New York Times. (rns/rns)