Setelah dikeluhkan sejumlah vendor, pemerintah memastikan data IMEI ponsel baru sudah di-update. Namun pihak asosiasi meminta ada solusi permanen.
Yang populer pekan ini adalah drama penuhnya kapasitas mesin Centralized Equipment Identity Register (CEIR). Hal ini mengganggu proses registrasi International Mobile Equipment Identity (IMEI).
Sejumlah vendor mengeluh, bisa produksi tapi tak bisa menjual, karena data IMEI ponsel buatan mereka belum masuk database. Ada lagi yang cuma bisa memakai 1 dari 2 IMEI di ponsel mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wajar kalau mereka khawatir, IMEI tidak terdaftar sama saja dianggap seperti ponsel black market. Namun di awal pekan lalu, Dirjen Sumber Data dan Perangkat Informatika Kemen Kominfo, Ismail, menyatakan data IMEI perangkat handphone, komputer genggam, dan tablet (HKT) produksi dan impor terbaru sampai dengan tanggal 10 Oktober sudah dimasukkan ke CEIR.
"Sudah di-upload data IMEI ponsel baru yang kemarin sempat tertunda," jelasnya pada Senin (12/10).
Namun dari sisi vendor, meminta agar tidak ada langkah tambal sulam. Hal ini mengingat setiap pabrikan akan terus memproduksi ponsel sedangkan mesin CEIR ada batasnya.
Ketua Asosiasi Ponsel Seluruh Indonesia (APSI) Hasan Aula, mengatakan solusi dari masalah ini adalah dengan menambah daya tampung dari mesin tersebut. Solusi lainnya adalah membersihkan database mesin CEIR dari IMEI yang tak terpakai.
Dalam hitungan Hasan, jika pertahun ada 50 juta ponsel yang beredar, atau sekitar 90 juta IMEI, maka untuk lima tahun akan terisi 450 juta IMEI. Sementara kapasitas mesin CEIR yang ada adalah 1,2 miliar nomor. Jadi, menurut hitungan Hasan, seharusnya masih banyak tempat yang tersisa untuk ponsel baru. Karena itulah perlu dilakukan pembersihan di CEIR untuk IMEI dari barang yang belum diproduksi atau direalisasikan.
Selanjutnya: nasib ponsel baru yang meluncur pekan ini...