Microsoft Dikabarkan Siap Caplok TikTok
Hide Ads

Microsoft Dikabarkan Siap Caplok TikTok

Fino Yurio Kristo - detikInet
Sabtu, 01 Agu 2020 13:01 WIB
aplikasi tiktok
Aplikasi TikTok. Foto: Unsplash/Kon Karampelas
Seattle -

TikTok bisa jatuh ke tangan Microsoft. Namun tidak seluruhnya, Microsoft dikabarkan hanya mengincar bisnis TikTok di wilayah Amerika Serikat yang belakangan mendapat banyak sorotan dari otoritas setempat.

Sumber kantor berita Reuters menyebut bahwa Microsoft sedang dalam tahap eksplorasi deal untuk membeli TikTok. Pemerintah AS memang ingin memaksa induk TikTok, ByteDance, untuk memisahkan operasionalnya di AS terkait keamanan data.

TikTok dituding tidak aman dalam menyimpan data pribadi warga AS dan bahkan juga dikhawatirkan sebagai antek pemerintah China. Jika kesepakatan benar-benar terjadi, maka Microsoft akan mendapatkan amunisi besar dalam bentuk video.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Microsoft meraup sebagian besar pendapatannya senilai USD 143 miliar dari lisensi software semacam Windows dan Office, serta layanan cloud Azure. Perusahaan ini juga menyediakan layanan iklan melalui mesin cari Bing sampai LinkedIn dan TikTok bisa menjadi senjata tambahan.

Penelitian biro riset eMarketer memperkirakan pendapatan iklan Microsoft dari LinkedIn adalah sekitar USD 2 miliar setahun. Namun demikian, pandemi Corona yang masih terjadi saat ini membuat pengiklan menahan pengeluaran dan berdampak pada LinkedIn.

ADVERTISEMENT

Nah, layanan media sosial semacam Facebook dan YouTube mengalami kenaikan pengguna karena makin banyak orang memakainya di tengah lockdown, terutama mengakses video. Pengiklan pun berbondong-bondong ke sana.

Microsoft di sisi lain kekurangan layanan bisnis hiburan semacam itu. Maka, mencaplok TikTok merupakan aksi yang masuk akal demi memperkuat perusahaan yang didirikan Bill Gates itu di bidang video.

"Akuisisi agresif atau investasi strategis di TikTok akan membuat Microsoft mencoba berkompetisi dengan raksasa teknologi lain dalam bidang baru pertumbuhan," cetus Dan Ives, analis industri WedBush yang dikutip detikINET dari Reuters.




(fyk/rns)