Telkom memperoleh persetujuan pemegang saham terkait pemisahan (spin-off) sebagian bisnis dan aset Wholesale Fiber Connectivity kepada entitas baru, PT Telkom Infrastruktur Indonesia (TIF) atau dikenal dengan nama InfraNexia.
Hal itu disetujui melalui Rapat Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar secara daring pada Jumat (12/12/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aksi korporasi ini tergolong sebagai transaksi afiliasi sesuai Peraturan OJK No. 42/2020, sehingga mensyaratkan persetujuan pemegang saham independen. Dalam pelaksanaannya, RUPSLB telah memenuhi kuorum dan keputusan disetujui oleh mayoritas pemegang saham independen.
Direktur Utama Telkom Dian Siswarini menyampaikan apresiasi kepada seluruh pemangku kepentingan atas dukungan terhadap agenda transformasi perusahaan. Menurutnya, persetujuan spin-off ini memperkuat langkah Telkom dalam membangun fondasi bisnis yang lebih solid dan berkelanjutan.
"Diperolehnya persetujuan atas pemisahan bisnis dan aset ini memperkuat agenda transformasi perseroan untuk membangun struktur usaha yang lebih fokus dan tangkas, sehingga Telkom dapat memberikan kontribusi lebih besar bagi percepatan digitalisasi nasional dan menciptakan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan," ujar Dian dikutip Senin (15/12/2025).
Pemisahan bisnis fiber ini menjadi bagian penting dari strategi transformasi TLKM 30. Perusahaan plat merah ini menegaskan langkah tersebut sebagai upaya memperkuat struktur usaha agar lebih fokus dan lincah, sekaligus mendukung percepatan pembangunan ekosistem konektivitas digital yang merata di seluruh Indonesia.
Melalui InfraNexia, Telkom akan memfokuskan pengembangan bisnis infrastruktur fiber, sekaligus mendorong peningkatan efisiensi operasional dan investasi. Entitas ini juga membuka peluang network sharing serta kemitraan strategis guna mengoptimalkan nilai aset infrastruktur digital.
Pada fase spin-off pertama, InfraNexia akan menguasai lebih dari 50% total infrastruktur jaringan fiber Telkom, mencakup segmen access, aggregation, backbone, hingga infrastruktur pendukung lainnya. Sementara fase spin-off kedua ditargetkan rampung sepenuhnya pada 2026, dengan total nilai aset yang diproyeksikan mencapai Rp 90 triliun.
Lahirnya InfraNexia juga sejalan dengan agenda transformasi jangka panjang BUMN, sesuai arah kebijakan nasional dan amanah dari Danantara untuk meningkatkan efisiensi serta kontribusi optimal bagi negara.
Dengan potensi pasar yang besar dan ruang ekspansi yang luas di berbagai sektor yang membutuhkan konektivitas digital, InfraNexia diproyeksikan menjadi salah satu tulang punggung penyedia infrastruktur konektivitas utama di Indonesia.
(agt/fyk)