Di tengah berkembangnya transformasi digital, kebutuhan terhadap akses internet tentunya menjadi hal penting dalam berbagai sektor, termasuk pendidikan. Hal ini mendorong pemerintah terus memprioritaskan pemerataan konektivitas digital untuk sektor pendidikan di daerah-daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) Indonesia, salah satunya di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.
Melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Bakti Kominfo), pemerintah terus memperbanyak pembangunan Base Transceiver Station (BTS) untuk memperlancar jaringan internet, serta menghadirkan akses internet (AI) gratis di berbagai sekolah di Natuna.
Kehadiran internet di Natuna pun membawa dampak besar bagi para siswa dan guru. Kepala SMP 1 Bunguran Timur Zurna mengaku sejak hadirnya akses internet dari Bakti Kominfo, kini para siswa bisa melakukan ujian secara online dengan memanfaatkan berbagai platform digital'
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kita perhatikan jauh perbedaannya dari pembelajarannya zaman dulu dan sekarang. Kalau dulu semuanya masih berbasis kertas, soalnya difotokopi, kemudian dibagikan ke anak-anak, lalu baru ujian. Kalau sekarang sudah banyak menggunakan teknologi seperti Google Form, lalu Kahoot," ungkapnya kepada detikcom belum lama ini.
Tak hanya itu, internet kini juga memudahkan para siswa mencari materi pembelajaran sehari-hari. Apalagi akses internet kini sudah mulai menjangkau seluruh ruang kelas.
"Kalau sekarang itu hampir semua ruangan di sekolah ini sudah terakses internet. Alhamdulillah sudah lumayan, internet tidak selelet dulu, karena kita ada bantuan internet juga dari Bakti Kominfo," ucapnya.
Siswa Tak Perlu Lagi Numpang untuk Ujian
Dampak internet pun juga dirasakan oleh Guru SMP 3 Bunguran Barat, Relayana. Seperti diketahui, SMP 3 Bunguran Barat merupakan satu-satunya SMP di Kampung Segeram, Kelurahan Sedanau, Kabupaten Natuna.
Lokasi Segeram dari Ranai Kota juga terbilang jauh, yakni ditempuh selama 2-2,5 jam menggunakan motor atau mobil. Sementara jika melalui jalur laut dari Pelabuhan Semente dengan menggunakan kapal pompong, dibutuhkan waktu sekitar 15-20 menit.
Jauhnya lokasi Guru SMP 3 Bunguran Barat dari pusat kota tentunya turut berdampak terhadap fasilitas sekolah. Bahkan, dulu para siswa harus menumpang ujian di Desa Kelarik, yang jaraknya sekitar 7 km dari Segeram.
Namun sejak Bakti Kominfo membangun tower yang tak jauh dari sekolah, Relayana mengaku jaringan internet semakin mudah diakses sehingga siswa tak perlu lagi menumpang untuk ujian.
"Kemarin itu masalah UNBK sempat beberapa tahun, tiga tahunan lah numpang karena belum ada jaringan (internet). Akses internetnya nggak lancar sama sekali, jadi numpangnya ke Kelarik, ke kecamatan sebelah. Sekarang alhamdulillah karena kita sudah bisa ikut UNBK di sekolah sendiri," jelasnya.
"Karena udah ada bangunan tower, jadi jaringannya alhamdulillah sudah bagus. Walaupun sesekali ada kendala, kami ini kadang ikut Zoom kan agak-agak macet-macet, tapi alhamdulillah di sini sudah ada jaringan," imbuhnya.
Klik halaman selanjutnya >>>