Pembangunan stasiun pemancar atau tower Base Transceiver Station (BTS) di wilayah kepulauan seperti Kabupaten Natuna memiliki banyak tantangan, seperti proses pengangkutan material lewat hingga faktor cuaca. Tak berhenti di situ, saat sudah on air, proses perawatan BTS-nya pun ternyata memiliki tantangan sendiri.
Hal itu juga yang dirasakan oleh Ridwan Arifin, Teknisi Nasional dari PT Waradana Yusa Abadi (perusahaan yang ditunjuk dalam pengoperasian dan perawatan tower BTS milik Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi/BAKTI Kominfo di Natuna).
Ridwan yang sudah bekerja di bidang telekomunikasi sejak tahun 2018 ini baru ditugaskan selama dua bulan di Natuna. Namun, sudah banyak cerita yang didapatkannya saat proses perawatan atau maintenance tower BTS tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk diketahui, Natuna memiliki luas wilayah 141.901,20 km2 yang terdiri dari 172 pulau (30 pulau yang berpenghuni). Hanya 2% dari total wilayah itu berupa daratan dan sisanya merupakan perairan atau laut.
![]() |
Jarak antarpulau pun bervariasi. Ada yang dapat ditempuh sekitar 20-40 menit (dari pelabuhan dekat pusat kota di Ranai di Pulau bunguran Besar) dengan speed boat atau kapal pompong, tapi ada juga yang membutuhkan waktu hingga 12 jam menggunakan kapal besar yang jadwalnya hanya satu minggu sekali.
Ridwan memiliki tanggung jawab untuk perawatan 19 tower BTS yang ada di Natuna. Tower-tower tersebut tersebar di beberapa pulau yang ada di Natuna, seperti Pulau Bunguran Besar, Pulau Serasan, Pulau Sedanau, Pulau Midai, dan Pulau Kerdau.
Setiap tower biasanya dikunjungi per enam bulan sekali untuk perawatan rutin. Namun, ada kalanya harus dikunjungi untuk perawatan jika terjadi gangguan mendadak.
"Total semua ini ada 19 site (tower BTS) kita tiap enam bulan sekali itu ada visit. Satu site itu (dikunjungi) untuk preventive maintenance," ujar Ridwan kepada detikcom belum lama ini.
"Kalau ada trouble, itu kita dari koordinator dikirim trouble ticket, itu dikirim entah alarm-nya apa. Nanti kita langsung visit ke sana. (Gangguan itu) misalnya kaya CCTV mati atau power yang dari PLTS-nya mati akibat hujan berhari-hari, kita langsung visit ke sana," imbuh Ridwan.
![]() |
Ridwan bercerita medan dan akses tersulit dari lokasi tower BTS yang ia tangani berada di Pulau Serasan. Sebab kapal dari Ranai ke Pulau Serasan sangat terbatas dan ia harus menginap di sana sambil menunggu kapal lagi untuk pulang. Hal tersebut belum ditambah jika memasuki musim utara, di mana gelombang laut sedang tinggi-tingginya.
"Medan yang tersulit itu posisinya ada di atas bukit dan itu harus naik-naik ke atas bukit bawa alat. Untuk akses ke sana (dari Ranai), kita nunggu jadwal kapal yah," ujar Ridwan.
"Di sini ada dua akses kapal, biasanya kapal RORO dan KM sabuk. Jarak naik kapal dari Ranai ke Serasan kurang lebih 12 jam. Kita kadang-kadang tuh harus nunggu kapal berikutnya untuk ke Ranai lagi, tergantung dari pihak kapalnya, kita ngikut kapal jadwalnya. Bisa seminggu nginap di Serasan, karena nungguin kapal," jelasnya.
Klik halaman selanjutnya >>>