Operator Seluler Sudah Berdarah, Rencana Merger Indosat-Tri Dinilai Tepat
Hide Ads

Operator Seluler Sudah Berdarah, Rencana Merger Indosat-Tri Dinilai Tepat

Agus Tri Haryanto - detikInet
Selasa, 29 Des 2020 18:17 WIB
Bantuan tahap pertama kuota internet gratis telah disalurkan kepada masyarkat untuk menunjang kegiatan pembelajaran jarak jauh selama pandemi COVID-19. Operator seluler mengimbau agar penerima subsidi kuota tersebut langsung memanfaatkannya.
Ilustrasi operator seluler. Foto: Telkomsel
Jakarta -

Pengamat telekomunikasi menilai memang sudah seharusnya para operator seluler melakukan merger satu sama lain. Di samping persaingan yang semakin sengit, layanan 5G yang akan datang membutuhkan frekuensi yang makin lebar.

Baru-baru ini Indosat Ooredoo dan CK Hutchison Holdings Limited (CK Hutchison) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) secara eksklusif untuk potensi menggabungkan bisnis telekomunikasi antara Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia (Tri).

"Keterbatasan sumber daya paling utamanya. Pada teknologi yang akan datang, bahkan mulai dari 5G ini dibutuhkan spektrum yang makin lebar, sementara yang bisa dipakai terbatas," ujar Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi dari ITB, Muhammad Ridwan Effendi, Selasa (29/12/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Apalagi bila dilihat dari laporan keuangan operator, yang mencatatkan keuangan hanya dua. Sebagai informasi, operator seluler yang beroperasi di Indonesia, antara lain Telkomsel, Indosat Ooredoo, XL Axiata, Smartfren, Hutchison 3 Indonesia, hingga Net1. Meski penyederhanaan jumlah pemain operator seluler ini diperlukan, persaingan usaha juga harus tetap dijaga.

"Oleh karena itu, merger dan akuisisi diatur oleh Undang-Undang Nomor 5 tahun 2009 tentang Persaingan Usaha yang Sehat. Pemain nomor 1, 2, 3 dilarang kawin di antara mereka, karena merusak sistem. Kawin dengan nomor 4, 5, atau 6," ujarnya.

Rencana merger operator seluler didukung Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate.

"Kominfo menyambut baik usaha konsolidasi industri telekomunikasi dai Indonesia, dengan harapan bisnis telekomunikasi, seperti telepon seluler semakin efisien dan semakin kuat serta mampu mendukung program pemerintah 'Akselerasi Transformasi Digital di Indonesia'," kata Johnny.

Dengan terjadinya konsolidasi antar operator seluler ini, Menkominfo, diharapkan dapat memperkuat struktur permodalan, Sumber Daya Manusia, management dan kecepatan dalam pengambilan keputusan bisnis, khususnya Capex dan Opex dalam pembangunan infrastruktur TIK di wilayah kerja Non 3T yang saat ini belum selesai dibangun.

"Konsolidasi juga diharapkan dapat mendukung pemanfaatan teknologi baru dan dapat mengawali 5G deployment di Indonesia," ucapnya.

Lebih lanjut lagi, Menkominfo mengatakan, disrupsi teknologi yang cepat juga perlu diantisipasi oleh operator seluler secara cepat dan tepat melalui pilihan teknologi komunikasi yang tepat dan kebijakan management yang future outlook.




(agt/fay)