Chris Kanter Tanggapi Rumor Indosat Mau Dicaplok Vietnam
Hide Ads

Chris Kanter Tanggapi Rumor Indosat Mau Dicaplok Vietnam

Agus Tri Haryanto - detikInet
Rabu, 09 Jan 2019 18:07 WIB
Foto: Agus Tri Haryanto/detikINET
Jakarta - Direktur Utama dan CEO Indosat Ooredoo Chris Kanter membantah isu terkait perusahaannya yang akan dibeli oleh operator seluler terbesar asal Vietnam, yaitu Viettel.

Hal itu diungkapkan Chris kepada CNBC Indonesia melalui pesan singkatnya, seperti yang detikINET kutip, Rabu (9/1/2019).

"Nggak benar. Sampai saat ini, nggak ada pembicaraan tentang hal ini (akusisi oleh Viettel) di pemegang saham," kata Chris.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT




Diberitakan sebelumnya, Viettel tengah melirik untuk membeli saham di salah satu operator seluler yang berbasis di Malaysia dan Indonesia. Begitu pernyataan yang diucapkan oleh CEO Viettel Le Dang Dung.

Namun demikian, ia belum membeberkan secara spesifik karena hal itu masih sensitif untuk diungkap. Tapi dari rumor yang beredar, ada dugaan operator Indonesia yang dilirik Viettel adalah Indosat Ooredoo, yang saat ini mayoritas sahamnya dikuasai oleh Qatar Telecom.

Saat ini, Viettel juga sedang fokus menggarap pasar di negara Asia Tenggara lain, yakni Myanmar, lewat Mytel yang dikembangkan bersama oleh Myanmar National Holding Public Ltd dan Star High Public Co Ltd.




Selain di Asia Tenggara, Viettel juga disebut-sebut punya niat melebarkan sayap sampai ke Korea Utara, Kuba, sampai Eropa. Bahkan pasar di Afrika yang sudah dijajaki Viettel pun akan ditinggalkan karena merasa pertumbuhan ekonomi di sana kurang positif.

Di negaranya sendiri, Viettel sedang bersiap-siap menggelar layanan 5G. CEO Viettel Le Dang Dung mengatakan pihaknya telah mengalokasikan USD 40 juta untuk pengembangan chipset 5G sendiri, walaupun tetap mempertimbangkan pemakaian teknologi dari Ericsson dan Nokia. Viettel, perusahaan yang dikelola militer, secara resmi dikenal sebagai Viettel Group dan memiliki sekitar 60 juta pelanggan di Vietnam dan lebih dari 30 juta pengguna di 10 negara lain - termasuk di Asia dan Afrika.


(agt/krs)