Saat ditemui di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (25/7/2016), menteri yang akrab disapa Chief RA ini sering mendapat kabar seputar musibah kecil, hingga kecelakaan berat yang mengakibatkan korban jiwa, akibat efek negatif yang diderita para gamer saat mereka tidak memainkan Pokemon Go secara bijak.
Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara pun sampai mengeluarkan surat edaran karena game ini dikhawatirkan mengganggu produktivitas. Bahkan, pihak Badan Intelejen Negara (BIN), sempat menyatakan jika Pokemon Go berpotensi mengganggu keamanan negara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seperti diketahui Pokemon Go itu menuntut pemainnya untuk aktif bergerak dalam berburu target. Nah jika saat berburu mereka tidak hati-hati, hal itu bisa memberi efek negatif, seperti kecelekaan saat berkendara," ucapnya.
"Yang salah itu para pemainnya, mereka harusnya bisa lebih berhati-hati. Sebelum demam Pokemon, kita sudah ada aturan yang melarang menggunakan ponsel saat berkendaraan. Nah kita juga melarang main Pokemon kalau berkendara," tambahnya.
"Intinya sih kalau kita di kantor ya jangan main game. Mau Pokemon kek mau pokemin. Kalau waktunya kerja ya kerja. Kalau anak sekolah jangan main game di sekolah. Waktunya sekolah ya sekolah. Saya sudah konsultasi ke Prof Sarlito, ini tren cuma sebentar saja kayak tren akik. Namun demikian kita tidak bisa membiarkan begitu saja."
Di sisi lain Rudiantara, juga tidak memungkiri jika Pokemon Go, bisa memberikan masalah keamanan negara. "Kita sudah dua kali, menggelar pertemuan dengan Google untuk membahas Pokemon Go karena aplikasinya dikembangkan oleh (Niantic) perusahaan yang dikoordinir Google," ucapnya.
"Dalam pertemuan itu, kita meminta Google, agar peta Google Maps yang digunakan dalam mengembangkan Pokemon Go, tidak sampai menyinggung objek vital negara, seperti istana, kantor polisi, perusahan listrik negara dan sebagainya," tuturnya.
"Pokoknya kita menyarankan agar Google, menyebarkan Pokemon ke tempat-tempat produktif saat akhir pekan. Tempat tersebut bisa museum, lokasi wisata dan masih banyak lagi," tuntas Chief RA. (rou/rns)











































