Jakarta -
Ubisoft mengklaim jumlah serangan distributed denial of services (DDoS) ke layanan game Rainbow Six Siege (R6S) menurun sebesar 93%.
Penurunan ini bukan karena mereka mengimplementasikan sistem keamanan yang lebih baik. Melainkan dengan menggunakan jalur hukum. Lho?
Ya, pengacara-pengacara Ubisoft mulai mengirimkan ancaman gugatan ke para penyedia jasa DDoS dan gamer yang menggunakan jasa DDoS tersebut. Ubisoft memastikan akan mengambil langkah hukum yang tegas untuk mereka, jika sampai mereka tertangkap tangan melakukan serangan DDoS ke server R6S.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ancaman ini dikeluarkan Ubisoft saat server R6S dihantam serangan DDoS yang bertubi-tubi, yang membuat game tersebut hampir tak bisa dimainkan sama sekali, demikian dikutip
detikINET dari
Zdnet, Kamis (31/10/2019).
Serangan ini dimulai saat Ubisoft mengeluarkan kebijakan untuk me-reset ranking pemain R6S. Langkah tersebut membuat sejumlah pemain mulai menggunakan jasa serangan DDoS agar para pesaingnya tak bisa bermain, dan si penyerang ini bisa mendapat poin lebih tinggi.
Setelah servernya itu seminggu tak bisa dipakai karena serangan terus datang, Ubisoft mengambil langkah dengan mulai memblokir pemain, menggunakan konfigurasi server baru, memperbarui infrastruktur, dan yang paling punya dampak besar, langkah hukum.
Ancaman gugatan itu juga dialamatkan pada seseorang yang disebut sebagai 'cheat maker', yang diduga adalah seorang pemain bernama JVL. JVL ini adalah pemilik situs MizuSoft, yang dipakai untuk menjual software cheat untuk R6S.
JVL terkenal di komunitas pemain R6S setelah ia muncul di BBC dan mempromosikan situsnya, serta menggembar-gemborkan penghasilannya yang mencapai USD 1900 setiap minggunya. Ubisoft pun saat ini sudah mendaftarkan gugatannya terhadap JVL, dan mengaku sudah menghabiskan banyak uang untuk melindungi game lain dari cheat buatan JVL.
Perusahaan game lain, sampai saat ini, memang belum ada yang menggunakan penyedia jasa DDoS. Namun gugatan untuk pembuat cheat semacam JVL ini sudah sering ada, dan biasanya sukses.
Contohnya saja Riot Games pada Maret 2017 menggugat LeagueSharp, perusahaan yang menjual cheat League of Legends. Lalu pada April 2017, Blizzard memenangkan gugatan senilai USD 8,6 juta dari perusahaan asal Jerman yang menjual cheat World of Warcraft dan Overwatch.
Microsoft pun pernah menggugat dua perusahaan China yang menjual akun Xbox hasil peretasan, yang berujung pada ditutupnya situs kedua perusahaan itu.