WhatsApp Diserang Spyware, Dihantam Pendiri Telegram
Hide Ads

Round-up

WhatsApp Diserang Spyware, Dihantam Pendiri Telegram

Kris Fathoni W - detikInet
Sabtu, 18 Mei 2019 06:10 WIB
WhatsApp Diserang Spyware, Dihantam Pendiri Telegram
Foto: Justin Sullivan/Getty Images
Jakarta - Setelah diserang potensi menyusupnya spyware, WhatsApp langsung dapat hantaman lagi. WhatsApp habis dikritik pendiri Telegram yang merupakan layanan pesan instan rival.

Seperti sedang ramai diberitakan, sebuah celah di aplikasi WhatsApp dapat membuat spyware menyusup masuk ke ponsel pengguna via WhatsApp Call dan telepon video WhatsApp.




SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kecanggihan spyware tersebut bikin panggilan yang tak dijawab pun tetap bisa membuat spyware tersebut menjangkit. Ngerinya lagi, panggilan yang tidak terjawab itu pun kabarnya bisa hilang sendiri dari log WhatsApp.

Sehubungan dengan itu, WhatsApp sudah menambal celah yang ada pada versi pembaruan untuk sejumlah platform. Pengguna WhatsApp pun sudah disarankan untuk segera meng-update aplikasinya ke versi terbaru.




Pun demikian, ramainya hal ini tak ayal memunculkan beragam reaksi. Salah satunya komentar dari kubu Telegram, layanan pesan instan salah satu rival dari WhatsApp.

Halaman berikutnya: WhatsApp Dituding Takkan Pernah Aman


Pavel Durov: WhatsApp Takkan Pernah Aman

Foto: Photo by Rachit Tank on Unsplash
Pavel Durov, pendiri Telegram, menulis kolom yang dengan tajam mengkritik WhatsApp. Hantaman bahkan sudah langsung dimulai dari judul kolomnya tersebut.

"Kenapa WhatsApp Tidak Akan Pernah Aman". Demikian pria asal Rusia itu menjuduli kolomnya, sekaligus memberikan hantaman awal.

Durov menyebut ramai-ramai pemberitaan soal celah di aplikasi WhatsApp tidaklah mengejutkan dirinya. Ia juga menyebut bahwa WhatsApp tidak pernah menjadi aplikasi yang aman sepanjang perjalanan 10 tahun usianya.

WhatsApp bukan aplikasi open source sehingga peneliti keamanan tidak bisa secara mudah meneliti celah keamanannya. Hal ini bisa memungkinkan pemerintah ataupun hacker membuat backdoor di aplikasi yang bisa menerobos segala perlindungan yang dibenamkan.

"Setiap kali WhatsApp harus memperbaiki celah keamanan kritis di aplikasinya, yang baru sepertinya muncul lagi. Seluruh masalah keamanan mereka cocok untuk aksi mata-mata, terlihat dan bekerja seperti backdoor," tuturnya.

Ia pun mengemukakan WhatsApp bisa jadi mudah dimata-matai oleh pemerintah. Ada kesan WhatsApp sengaja dirancang supaya tidak bisa diteliti secara independen karena bukan aplikasi open source.

Halaman berikutnya: Promosi Telegram Seraya Kritik WhatsApp

WhatsApp Dibandingkan dengan Telegram

Foto: Carl Court/Getty Images
Dalam kritiknya tersebut, Pavel Durov membandingkan sekaligus mempromosikan Telegram yang dibesutnya. Salah satunya terkait fakta bahwa WhatsApp bukanlah aplikasi open source.

"Tak seperti Telegram, WhatsApp bukan open source, tidak ada cara bagi peneliti keamanan untuk secara mudah mengecek apakah ada backdoor di kodenya. WhatsApp bukan hanya tidak mempublikasikan kodenya, mereka melakukan sebaliknya. WhatsApp secara sengaja mengaburkan binari aplikasi untuk memastikan tak seorangpun bisa mempelajari secara menyeluruh," tulis Durov.

"WhatsApp dan induk perusahaannya Facebook bahkan mungkin diminta mengimplementasikan backdoor, dengan proses rahasia. Tak mudah menjalankan komunikasi aman via Amerika Serikat. Seminggu saat tim kami di AS pada 2016, ada 3 percobaan inflitrasi oleh FBI. Bayangkan apa yang terjadi selama 10 tahun pada perusahaan yang berbasis di AS," tambah dia.

Dengan menyebut-nyebut Facebook, Durov melanjutkan serangannya ke arah WhatsApp. Ia menyebut mayoritas netizen saat ini "tersandera" oleh "keluarga besar" Facebook seperti Instagram dan WhatsApp. Jika pun seorang pengguna sudah mulai memakai Telegram, atau aplikasi pesan instan lain, sulit beralih sepenuhnya karena teman atau keluarganya masih pakai WhatsApp.

Padahal, klaim Durov, Telegram tidak akan mengalami masalah keamanan atau kebocoran data besar seperti yang terjadi pada WhatsApp. Mereka juga takkan memberi data sekecil apapun ke pihak ketiga.

Tidak cuma itu, Durov juga menyebut WhatsApp minim inovasi karena fitur barunya malah meniru Telegram. Ia juga sesumbar Telegram adalah kontradiksi dari WhatsApp dan "keluarga besar"-nya.

"Tim kami berkompetisi dengan Facebook dalam 13 tahun. Kami telah mengalahkan mereka sekali, di pasar Eropa Timur. Kami akan mengalahkan mereka lagi di pasar messaging global. Kami harus melakukannya," sebutnya.

Halaman 2 dari 3
(krs/krs)