"Banyak orang tak bisa berhenti memakai WhatsApp, karena teman dan keluarga mereka masih di sana. Artinya, Telegram buruk dalam mendorong orang beralih. Meski kami menarik ratusan juta user dalam 5 tahun ke belakang, itu tak cukup. Mayoritas netizen masih disandera kerajaan Facebook/WhatsApp/Instagram," tulis dia
"Banyak dari mereka yang menggunakan Telegram juga ada di WhatsApp, yang artinya ponsel mereka masih rentan," papar Durov.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sedikit orang di luar komunitas penggemar Telegram menyadari bahwa banyak dari fitur baru di messaging muncul pertama kali di Telegram dan dikopi oleh Facebook sampai detail terkecil," klaim Durov.
Ia sesumbar Telegram adalah kontradiksi dari WhatsApp. "Apakah kami atau monopoli Facebook. Apakah kemerdekaan dan privasi atau kemunafikan dan kerakusan. Tim kami berkompetisi dengan Facebook dalam 13 tahun. Kami telah mengalahkan mereka sekali, di pasar Eropa Timur. Kami akan mengalahkan mereka lagi di pasar messaging global. Kami harus melakukannya," sebut dia
"Itu tidak mudah. Departemen marketing Facebook sangat besar. Kami di Telegram tidak punya marketing. Untuk itu, kami bergantung pada kalian, jutaan user. Jika kalian cukup suka Telegram, kalian beritahu teman," begitu pesannya.
Belum ada tanggapan WhatsApp soal berbagai serangan Durov tersebut. Tapi dengan jumlah pengguna sudah miliaran, tampaknya mereka belum akan tersaingi dalam waktu dekat, apapun kasus yang menimpa.
(fyk/krs)