Sekilas pengingat, sebuah spyware dikabarkan bisa menyusup masuk ke ponsel pengguna via WhatsApp Call dengan memanfaatkan celah yang ada pada aplikasi WhatsApp.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah, kerentanan WhatsApp dan indikasi mengenai eksistensi spyware tersebut kali pertama dimunculkan oleh seorang pengacara asal Britania Raya -- yang sejauh ini tidak diungkap namanya.
Guardian menyebutkan, pengacara tersebut sudah merasakan keanehan-keanehan tertentu sejak beberapa bulan lalu. Ia pun berkonsultasi dengan Citizen Lab, spesialis siber yang berbasis di University of Toronto.
Baca juga: Serba-serbi Spyware Susupi WhatsApp |
"Dua bulan lalu aku mulai mendapatkan telepon video WhatsApp pagi-pagi buta, di jam-jam yang tidak biasa. Aku pun curiga dan menghubungi Citizen Lab," kata si pengacara kepada Guardian.
"Mereka langsung mulai melakukan penyelidikan dan mereka juga berkoordinasi dengan WhatsApp, yang juga telah melihat aktivitas tidak biasa di sejumlah ponsel lain," ujarnya.
Dari situlah kemudian pengacara tersebut dihadapkan pada nama Pegasus. Ini merupakan salah satu spyware paling canggih di dunia, hasil buatan perusahaan asal Israel bernama NSO Group.
"Di akhir pekan itu Citizen Lab berhasil menemukan bahwa ada usaha tertentu yang menarget ponselku, dengan menggunakan Pegasus. Pada Minggu malam Citizen Lab mengatakan bahwa itu memang sebuah upaya menjadikanku target," katanya.
"Ada pemerintahan-pemerintahan yang telah menggunakan teknologi ini seperti Arab Saudi, Meksiko, dan Uni Emirat Arab. Tapi menurutku upaya ini tidak mengatasnamakan pemerintahan," tutur si pengacara.
Video: Badan Siber RI Minta Pengguna Update WhatsApp
Lebih lanjut, ia mengaku tidak tahu persis siapa sosok di balik usaha menyusupkan program jahat mata-mata di dalam ponselnya dengan memanfaatkan celah di WhatsApp. Di sisi lain, Guardian turut menyebut bahwa pengacara ini turut terlibat dalam sebuah gugatan perdata yang ditujukan kepada Group NSO.
"Ini bikin kesal, tapi tidak mengejutkan. Seseorang tampaknya sudah putus asa sekali sehingga membidik seorang pengacara dan menggunakan teknologi yang juga menjadi subjek utama gugatan hukum tersebut," kata si pengacara.
Rangkaian kejadian itu menjadi pemicu merebaknya kisah spyware WhatsApp, yang penggunanya mencapai 1,5 miliar orang di dunia. Kini celah yang memungkinkan spyware itu menyusup sudah ditambal oleh WhatsApp. Untuk itu disarankan pula agar pengguna WhatsApp segera melakukan pembaruan ke versi terkini.
(krs/rns)