Mereka menepis keterlibatannya dalam serangan cyber menggunakan spyware ke dalam aplikasi WhatsApp, baik di Android maupun iOS, demikian dikutip detikINET dari CNN, Selasa (14/5/2019).
"Dalam keadaan seperti apapun tak mungkin NSO terlibat dalam operasi ataupun mengidentifikasi target menggunakan teknologinya, yang hanya dioperasikan oleh badan intelijen atau penegak hukum (dari sebuah negara)," tulis NSO Group dalam pernyataannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masalah ini berawal dari seroang pengacara yang menerima telepon dari John Scott-Railton, seorang peneliti senior di Citizen Lab dari University of Toronto, yang menyebut kalau ia menjadi target sebuah serangan cyber.
Citizen Lab sendiri adalah sebuah grup peneliti keamanan cyber yang menginvestigasi ancaman digital terhadap komunitas sipil dan komunitas kebebasan berekspresi di dunia maya.
Lalu Citizen Lab pun berkolaborasi dengan WhatsApp untuk mengidentifikasi serangan terhadap pengacara asal London, Inggris, yang menolak disebut namanya itu. WhatsApp memang tak menyebut nama NSO Group dalam laporannya.
Namun, seorang sumber menyebut kalau perusahaan privat yang dimaksud adalah NSO Group, sebuah perusahaan cyber asal Israel yang dikenal sebagai pengembang malware untuk memata-matai korbannya.
Spyware yang dibicarakan di sini menginfeksi lewat fitur telepon WhatsApp pada versi Android maupun di iOS. Parahnya, meski menginfeksi lewat jalur fitur telepon WhatsApp, spyware ini tetap bisa menyusup meski telepon yang masuk itu tak dijawab korban.
Bahkan dalam sejumlah kasus, panggilan telepon yang tak terjawab itu bisa hilang dari log sehingga pengguna WhatsApp tidak pernah menyadari adanya telepon tersebut.
Pihak WhatsApp sudah menambalnya lewat update, sekaligus menyarankan pengguna segera melakukan pembaruan ke versi paling anyar. Mereka pun telah melaporkan serangan ini ke Departemen Hukum Amerika Serikat.
(asj/krs)