Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure/Coordinator Center (Id-SIRTII/CC) mencatat, hingga November 2017, Indonesia dihajar 205.502.159 serangan cyber.
Itu sebabnya, menurut Id-SIRTII/CC, tahun 2017 menjadi pertanda bagi semua pihak khususnya pemerintah agar lebih serius memperhatikan isu keamanan cyber. Berikut beberapa catatan terkait serangan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak kalah menghebohkan adalah peretasan pada website Telkomel dan Kejaksaan yang cukup merepotkan.
Tak berhenti disitu, di bulan Mei, seluruh dunia termasuk di Indonesia mengalami serangan ransomware Wannacry. Selang beberapa bulan setelahnya, ransomware dengan model yang hampir sama bernama Petya juga ikut menyerang.
![]() |
Menghadapi Tahun Politik
Pakar keamanan cyber Pratama Persadha menjelaskan, salah satu hal yang patut diperhatikan adalah, fenomena keamanan cyber ini telah berdampak pada pengguna individu. Peran pemerintah diperlukan untuk masuk dan mengedukasi masyarakat.
"PR besarnya sejauh dan sedalam apa negara bisa masuk serta mengedukasi masyarakat. Karena tanpa keterlibatan dan kesadaran masyarakat, sulit menciptakan keamanan siber yang kuat dan paripurna," jelas chairman lembaga riset keamanan siber CISSReC (Communication and Information System Security Research Center) ini.
Ditambahkan Pratama, 2018 akan menjadi tahun yang sangat sibuk. Pilkada 2018 dan menjelang pemilu 2019 dipastikan membuat situasi Tanah Air menghangat. Pemerintah bisa mengantisipasi dari awal dengan terus melakukan edukasi internet aman dan sehat.
"Pendekatan hukum pada para pelaku hatespeech memang harus terus dilakukan, namun bila tidak diimbangi dengan edukasi yang gencar akan sangat sulit mewujudkan suasana yang kondusif di media sosial dan internet pada umumnya," sebutnya.
Pratama juga mengingatkan situasi politik yang hangat bisa saja memantik saling retas antar kubu. Hal semacam ini harus serius dipikirkan pemerintah bagaimana menguranginya. Belum lagi ancaman ransomware semacam Wannacry yang kemungkinan besar hadir kembali di tahun 2018.
![]() |
"Wannacry dan Petya hanya dua dari ribuan ransomware yang tercuri dari CIA. Kita tak pernah tahu kapan dan dimana ransomware lainnya akan mereka deploy. Persiapan terbaik adalah pemerintah menyusun standard operasional procedure menghadapi serangan ransomware ini, agar tidak cepat meluas ke infrastruktur strategis Tanah Air," terangnya.
Dijelaskannya, bila Badan Siber dan Sandi Negara sudah efektif berjalan, seharusnya SOP menghadapi serangan ransomware seperti Wannacry bisa dengan mudah dilaksanakan dan disosialisasikan. Belum lagi serangan cyber yang bisa langsung menginfeksi smartphone, juga menjadi perhatian serius.
"Ransomware yang akan massif menyerang ke depan diperkirakan juga sudah bisa menginfeksi smartphone Android, juga iOS pada iPhone. Dari bocoran Wikileaks bahkan malware semacam itu memang sudah dikembangkan oleh CIA, sehingga negara memang sudah sepatutnya waspada," jelasnya.
Ancaman serangan pada individu memang diperkirakan akan terus naik tajam. Perkembangan teknologi membuat adopsi Internet of Things (IoT) semakin tinggi.
Belum lagi penggunaan smartphone untuk transaksi, bisa dilihat dari gencarnya investasi di sektor ini. Semua perkembangan ini wajib diikuti dengan peningkatan keamanan cyber di semua aspek. (rns/fyk)